说话留三分,给人台阶下,就是给自己留余地

Oleh: Nabila N Harris

Dalam cara berkomunikasi, Tiongkok, layaknya negara-negara Timur Tengah merupakan high-context culture, di mana metafora dan makna tersirat umum digunakan dalam keseharian, sementara negara-negara Barat merupakan low-context culture di mana komunikasi yang straight to the point merupakan norma yang diterima.

Berkomunikasi dengan pemegang saham maupun direktur operasional berkebangsaan Tiongkok di Indonesia, saya menyaksikan bahwa mereka memiliki aturan tak tertulis yang diamini bersama tentang membedakan mana yang perlu dikatakan, dan mana yang tidak.
Dengan ini, saya rangkum kata-kata yang diucapkan Bos saya.

  1. “说话要留三分,”
    Shuō huà yào liú sān fēn,
    Ketika berbicara, sisakanlah sedikit ruang (jangan mengungkap semuanya).
    Di sini, beliau menyampaikan bahwa tidak semua yang kita ketahui atau rasakan perlu kita sampaikan keseluruhan detailnya. Sampaikan sebagian, dan simpan sisanya untuk diri kita sendiri.
  2. “不要把话说得太死,”
    Bú yào bǎ huà shuō de tài sǐ,
    Ketika bicara, jangan terlalu saklek dan menutup diri dari semua kemungkinan baru. Jadilah fleksibel.
    Hal ini dikarenakan, bisa jadi suatu saat kita berubah pikiran, atau masih terdapat ruang di mana kepentingan kedua belah pihak dapat dipertemukan.
    Contohnya, ketika tawaran harga yang diberikan vendor tidak masuk budget, jangan mengatakan hal-hal seperti, “Wah, mahal banget, gak jadi deh kerja samanya.”
    Ganti kata-kata tersebut dengan kalimat seperti, “Kami sudah melihat estimasi harga yang Bapak berikan. Kami harap harganya masih bisa disesuaikan agar lebih mendekati anggaran kami, namun juga bisa diterima oleh pihak Bapak. Mungkin ada service yang untuk saat ini belum kami perlukan dan service tersebut bisa ditiadakan?”
  3. “留一口余地,给人台阶下。
    Liú yì kǒu yú dì, gěi rén tái jiē xià.
    Sisakan ruang untuk dikompromikan, dan beri orang lain ruang yang cukup untuk menjaga kehormatannya.
    Konsep ‘面子’ atau mianzi, ‘关系’ atau guanxi, ‘和谐’ hexie merupakan berbagai faktor yang dipertimbangkan ketika berinteraksi dengan satu sama lain.
    Lebih baik simpan kata-kata maupun tindakan kita yang dapat membuat orang sakit hati, merasa dipermalukan maupun kehilangan muka. Jagalah kehormatan orang lain. Siapa tahu ke depannya kita masih akan bertemu. Dengan begini, tak akan ada rasa canggung, bersalah, maupun tak nyaman saat bertemu orang tersebut.

Namun, hal-hal yang dapat dimaklumi ini tentu bukanlah hal-hal yang melanggar hukum maupun menyakiti sesama. Untuk hal-hal yang melanggar prinsip kehidupan sosial maupun bernegara, tentu saja tetap akan diproses hukum.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5