Seorang ibu lanjut usia mendatangi kantor polisi Kota Kabupaten. Kopral Sena menyambutnya dengan sangat baik. Begitulah aturan kepolisian di Kabupaten. Siapa pun yang datang ke kantor polisi akan disambut hangat dan penuh keramahan. Kehangatan ini sangat berbeda jauh dengan rumor negatif yang beredar di sosial media.

“Saya ingin bertemu, Pak Jenderal,” pinta ibu tua itu dengan nada letih.

“Baik ibu, silahkan tunggu sebentar, ya”. Sambut Kopral Sena dengan penuh senyuman.

Siang itu kantor polisi kabupaten sedang ramai sekali. Ada banyak orang tua yang datang. Belasan. Barangkali mereka juga ingin melapor perihal yang sama dengannya. Pikir ibu tua itu.

Brigjen Yunta mendatangi mereka dan segera mengambil microphone di atas meja. “Bapak dan ibu. Terima kasih sudah menunggu. Silahkan masuk dan berbaris sesuai arahan”.

Belasan orang tua tadi masuk, berbaris dan mengikuti arahan kopral lainnya. Sesaat kemudian belasan anak dibawa keluar dari dalam sel. Mereka diposisikan persis di depan orang tua mereka masing-masing.

Seketika tangis para orang tua dan belasan anaknya pecah. Seiisi ruangan menjadi syahdu penuh haru.

Sambil bergetar Brigjen Yunta mengatakan. “Anak-anakku lihatlah orang tua kalian. Mereka ingin kalian menjadi anak yang baik, penurut dan tidak membangkang.”

Anak-anak terdiam, menundk.

“Sekarang peluklah orang tua kalian, minta maaflah kepada mereka,” Kata Brigjen Yunta

Tidak mampu lagi menahan air mata, anak-anak itu langsung memeluk ayah ibu mereka. Tepuk tangan para petugas mengiringi suasana haru di ruang tersebut.

“Mulai hari ini dan seterusnya, jadilah anak baik dan ikuti apa kata orang tua kalian. Kalian dibebaskan, tapi ingat jangan ulangi lagi kejadian kemarin!” seru Brigjen Yunta pada anak-anak tersebut.

Siang itu menjadi bukti hebat betapa kepolisian sangat mengayomi masyarakat. Memberikan edukasi terbaik bagi generasi mendatang. Bahwa bila bekerja sama dengan masyarakat, masalah kenakalan remaja bisa diatasi dengan sangat bijaksana. Tidak lupa Brigjen Yunta memberikan sedikit motivasi agar belasan anak ini tidak lagi mengulangi aksi kemarin.

Hendak memasuki ruangannya kembali, Brigjen Yunta dicegat oleh Kopral Sena. Berbisik, lalu menunjuk ibu tua tadi. Kopral Sena mengantar Ibu tua itu menghadap Brigjen Yunta.

Paras ibu tua itu kembali mengerut. Matanya berkaca-kaca. Sambil mengenggam erat sobekan baju. Ada bekas noda darah yang masih mencolok.

Dengan suara parau dia bertanya, “Pak, bagaimana nasib anak saya yang sudah dibunuh oleh belasan anak tadi ?”

Brigjen Yunta berdiri kembali menghampiri ibu tua itu. Sambil menghela nafas, berusaha menenangkan Ibu tua itu.

“Sebentar lagi bulan puasa, kita diharuskan untuk bersabar dan saling memaafkan,” ucap Brigjen Yunta menasehati.

oOo

TENTANG PENULIS: Ilham Karbela adalah seorang karyawan swasta dari Mataram, NTB, yang gemar mencatat makna di balik keriuhan kehidupan. Ia aktif dalam kelompok literasi Streetbook Mataram dan rutin menulis di berbagai platform digital. Meski latar belakang pendidikannya bukan di bidang sastra, ia sangat mencintai puisi, syair, cerpen, fiksi mini, drama, dan novel. Menciptakan ratusan karya tulisan adalah cita-citanya, yang ingin ia wujudkan sebelum meninggalkan jejak dalam keabadian.

FIKSI MINI hadir setiap minggu mulai Juni 2025. Terbit hari Senin. Kita tahu, fiksi mini sedang trend. Silakan mengirimkan fiksi mini karyamu. Satu lokasi, satu waktu, ada plot twist saat endingnya. Antara 250-500 kata. Silakan kirim fiksi minimu ke golagongkreatif@gmail.com dan gongtravelling@gmail.com, subjek: fiksimini. Sertakan bionarasimu 5 kalimat, foto dirimu, dan ilustrasi yang mendukung. Ada uang ganti pulsa alakadarnya Rp. 100.000,- dari SIP Publishing. Selamat menulis. Jika ingin melihat fiksi mini yang sudah tayang, klik banner di bawah ini:

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5