Pagi ini Siska berangkat ke sekolah untuk mengikuti ujian. Siska harap-harap cemas meskipun sudah belajar terus menerus sampai lupa makan. Hal tersebut dia lakukan karena ingin mendapat rangking satu di kelas. Namun, saat tiba waktunya pembagian raport, ternyata Siska hanya mendapat ranking enam belas dari dua puluh enam siswa/siswi. Siska pun merasa sedih. Namun, di sisi lain dia cukup senang karena di kelas 4 dia kembali satu kelas dengan sahabatnya yang bernama Cellin.

“Eeh Siska, kamu di kelas ini?” tanya Cellin yang tak kalah senang.
“Iya nih, Cellin,” jawab Siska.
“Oh iya Siska, kamu dapat rangking berapa?”
Siska pun menjawab dengan muka lesu, “Aku dapat rangking enam belas.”

“Kasian, gimana kalo aku bantu?” tawar Cellin.
“Emang kamu dapet ranking berapa?”
“Aku dapet ranking dua.”
“Wah! Kamu hebat, Cellin! Kalo gitu kamu ajarin aku, ya?”
“Oke, besok aku ke rumah kamu ya, Siska!”
“Ok Cellin, tapi kamu datang jam berapa?”
“Emm, jam sembilan bisa gak?”
“Bisa, kok!”
“Ya udah aku pulang dulu ya? Daah!”
Siska membalas lambaian tangan. “Daah hati-hati di jalan!”

Keesokan harinya.

“Siska! Siska!” seru Cellin dari luar pagar rumah Siska.
Ibu Siska pun membuka pintu. “Eh, Cellin, ada apa pagi-pagi datang ke sini?” tanya Ibu Siska sambil membuka pagar.
“Eeh, Tante, mau ketemu Siska.”
“Ooh mau ketemu Siska. Ayo, masuk dulu!”
“Iya, Tante, makasih.” Cellin pun mengikuti Ibu Siska masuk ke dalam rumah.

“Siska ini ada temenmu!” seru ibunya Siska.
“Siapa?” tanya Siska dari dalam kamar.
Ibunya Siska menjawab, “Cellin.”

Siska pun segera keluar kamar untuk menemui Cellin. “Eeh, Cellin! Mau mulai sekarang aja belajarnya?”
Cellin menjawab, “Ya iyalah, emang mau kapan?”

“Ini buku-buku buat apa ya?” tanya Siska heran melihat banyak sekali buku yang dibawa oleh Cellin.
“Ya buat belajar kita, dong!” sahut Cellin.
“Ooh, oke!” Siska mengangguk-angguk.
“Ayo, kita langsung belajar!”

Siska dan Cellin pun mulai belajar bersama selama dua jam. Saat sudah selesai belajar, Cellin pun pamit pulang, tetapi buku catatan Cellin tertinggal di rumah Siska, yang kemudian dibaca, dan dipelajari oleh Siska.

Siska pun mengerti tentang pelajaran-pelajaran karena buku itu. Lambat laun Siska mulai menunjukkan peningkatan nilai, dan Siska pun menjadi anak terpintar di kelasnya.

Tibalah kembali di ujian kenaikan kelas, tetapi Siska tampak masih gelisah. Melihat hal tersebut, Cellin dan Nina yang juga murid pintar pun menghampiri Siska.

“Cellin, Nina, ada apa?” tanya Siska.
“Kita ke sini untuk ngucapin semangat,” jawab Cellin.
“Makasih ya,” sahut Siska.
Nina membalas, “Iya sama-sama.”
“Kita ke meja dulu ya, Siska,” ucap Cellin, lalu mereka berdua pun kembali ke meja.

Sepulang sekolah Siska berlari sangat kencang ke rumahnya. Saat sudah sampai di rumah, Siska langsung membuka buku catatan, dan belajar untuk ujian Matematika besok.

Saat sudah malam Siska pun tidur. Di mimpinya Siska mendapat nilai 100. Di pagi hari Siska pergi ke sekolah dengan muka yang senang.

“Tumben Siska keliatan seneng, biasanya cemberut,” ucap Cellin bingung. Akhirnya Cellin memanggil, “Eh, Siska tunggu!”
“Ada apa, Cellin?” tanya Siska.
“Tumben seneng?”
“Aku itu seneng karna semalam aku mimpi dapet nilai seratus, Cellin.”
“Ooh, gitu? Tapi nanti pas ulangan dapet angka sembilan lima lagi kayak waktu itu,” ledek Cellin sambil terkekeh.

“Aku yakin kok aku dapet nilai seratus,” tukas Siska
“Kalau gitu kita buktiin mau gak?”
“Siapa takut?”
“Kalau kamu kalah, kamu traktir aku. Kalau aku kalah, aku traktir kamu. Gimana mau gak?” tanya Cellin.
“Ok kalau itu mau kamu, berarti kita sepakat ya? Deal?!”
“Deal!”

Saat mulai ulangan, Siska sudah mulai semangat lagi, tapi Siska sudah punya saingan, yaitu Cellin, bestie-nya sendiri. Sebenarnya Siska tidak mau sepakat, tapi Cellin tidak percaya, akhirnya Siska harus deal supaya Cellin percaya.

Saat ulangan, Siska langsung berdoa agar mendapat nilai seratus, dan benar saja, Siska mendapat nilai yang dia harapkan. Siska pun senang karena pada akhirnya bisa mendapatkan ranking satu. Sesuai kesepakatan, Cellin pun mentraktir Siska.

“Yah, aku kalah,” ucap Cellin dengan nada kesal, dan tidak tidak terima dengan hasilnya. Namun, Cellin tetap mentraktir Siska yang pada saat itu ingin dibelikan seblak. Cellin juga tetap senang karena berhasil membatu Siska dapat nlai bagus.

oOo

TENTANG PENULIS: Namaku Rumaiza Ilmi Bilhusnaa. Aku lahir di Bandung, 14 Januari 2017. Saat ini aku sekolah di SDN 047 Balonggede Kota Bandung kelas 2. Hobiku membaca dan menggambar.

CERPEN ANAK: Mulai Juni 2025 ada kategoi baru, yaitu Cerpen Anak. Tayang dua mingguan Setiap Sabtu, bergantian dengan CERPEN SABTU. Penulisnya khusus untuk anak-anak usia SD dan SMP; dia bisa saja anak kita, keponakan kita, muid-murid kita di sekolah atau cucu kita. Panjang cerpen anak cukup antara 500 – 1000 kata. Redaksi menyediakan honorarium Rp 100.000,- Sertakan foto diri, bio narasi singkat, nomor rekening bank, gambar atau 3-4 ilustrasi yang mendukung – boleh lukisan karya sendiri atau ChatGPT. Kirim ke email golagongkreatif@gmail.com dan gongtravelling@gmail.com dengan subjek Cerpen Anak. Ayo, ditunggu. Silakan dikirim. Edisi perdana 7 Juni 2025. Jangan sampai ketinggalan.

Please follow and like us:
error70
fb-share-icon0
Tweet 5