Kelas Menulis Gol A Gong: Anda Jadi Penulis, Saya Histeris!

New normal disodorkan kepada kita. Pandemi Covid-19 berada di sekitar kita. Ketakutan dan bahaya. Tapi hidup harus terus berlangsung. Dan menulis adalah pelarian yang sempurna di kala kita “terkurung” sendirian di dalam kamar.

Gol A Gong yang sudah menulis 125 buku dan beberapa di antaranya best seller, disinetronkan dan difilmkan mengajak Anda untuk mengisi waktu dengan belajar menulis cerpen, essay, dan novel best seller secara online. Biayanya terjangkau.

Kelas Menulis Novel best Seller Sudah 3 Angkatan Untuk Juli dan Dibuka Untuk Agustus 2020

Istri saya ini hebat. Makin cinta saya. Bayangkan, setelah Juni 2020 yang menembus 10 angkatan Kelas Cerimis alias Cerpen Dinamis, Kelas Menulis Novel Best Seller bersama Gol A Gong secara online untuk Juli 2020 sudah 3 angkatan . Nah, istriku langsung membuka kelas novel best seller angkatan keempat untuk Agustus 2020. Minggu 5 Juli 2020 kemarin pertemuan pertama angkatan pertama, tiap hari Minggu, 4X pertemuan. Selasa 7 Juli 2020 pukul 19.30-21.30 pertemuan pertama kelas novel best seller angkatan kedua.

Hey, Penculik Anak! Kamukah Itu?

Saya membacai cerpen dengan tema “Penculikan Anak”. Kemudian ada semacam persyaratan lain, yaitu dalam bentuk premis yang tidak biasa (premis biasanya satu kalimat) atau bisa juga kita sebut sinopsis: Kau adalah siswa kelas tiga SD. Sepulang sekolah, saat berjalan kaki bersama temanmu, kau melihat dua orang berpakaian serba hitam, menculik seorang anak kecil. Ayo selamatkan dia! Tentu temanya menantang. Tapi “premis” itu bagi penulis yang sedang belajar adalah bukan sekadar tantangan tapi bisa membuat mereka “terbelenggu” atau malah “menjadi kreatif”?

Tersesat di Hutan, Tersesat di Dunia Nyata

Ketika membacai cerpen-cerpen dengan tema “tersesat di hutan” saya membayangkan akan ada banyak kisah “survivor”. Hanya satu cerpen yang mewakili keinginan saya. Sebetulnya tema “tersesat di hutan” sangat menarik. Tetapi para penulis cerpen “menyerah” dengan tema yang sangat menantang itu. Mereka lebih menyukai menggunakan POV 1 (aku) ketimbang menjadi orang lain di dalam tokoh cerpen.

 Saya membayangkan dengan tema “tersesat di hutan” akan muncul sub plot survivor (penyintas), mitos, dan ending mengejutkan (twist). Harapan itu saya temukan di 3 cerpen dengan judul: Suara-suara yang Datang Ketika Sendiri, 720 Hours, The Mystery of Amazon. Ketiga cerpen ini masih “dikelola” dengan baik dan masih mementingkan “logika cerita”.

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)