Traveling: Tur Aromatik di Rumah Atsiri Karanganyar

Oleh Diasti Sukma Ekasanti

Di samping destinasi-destinasi yang sudah populer di Jawa Tengah, destinasi maupun objek wisata “pendatang baru” dapat memberikan pengalaman tersendiri yang tak kalah menariknya, seperti halnya yang kami temukan ketika mengunjungi Rumah Atsiri.

Rumah Atsiri merupakan objek wisata edukasi yang terletak di Jalan Watusambang, Plumbon, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Mendengar banyak tanggapan positif dari rekan-rekan maupun khalayak umum yang telah mengunjunginya, membuat saya dan teman-teman saya tertarik untuk mengunjunginya.

Kami memutuskan untuk melakukan kunjungan pada hari Minggu. Sekitar pukul 07.54 kami berangkat dari Stasiun Tugu Yogyakarta menggunakan KRL (Commuter Line) dengan tujuan Stasiun Solo Balapan. Untuk menuju ke lokasi Rumah Atsiri, kami memanfaatkan layanan shuttle antar-jemput dari Rumah Atsiri dengan biaya Rp200.000,00 per orangnya.

Terdapat empat titik penjemputan dan pengantaran yang dapat dipilih ketika menggunakan layanan ini, antara lain: Sekutu Rumah Karya, Stasiun Purwosari, Terminal Tirtoadi, dan tentunya Stasiun Solo Balapan. Begitu kami sampai di stasiun tersebut, kami masih memiliki waktu luang hingga shuttle datang. Kami memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu hingga shuttle tiba menjemput kami pada pukul 10.00. Perjalanan menggunakan shuttle memakan waktu sekitar satu jam sehingga pada pukul 11.00 kami telah berada di Rumah Atsiri.

Shuttel Antar-Jemput Terparkir di Depan Bangunan Lobi

Begitu sampai di lingkungan Rumah Atsiri, kami diantar memasuki bangunan lobi dan disambut oleh pengelola di sana. Para pengelola menjelaskan beberapa kegiatan yang dapat kami pilih dan membagikan voucher senilai Rp50.000,00. Voucher tersebut telah termasuk dalam biaya layanan shuttle antar-jemput dari Rumah Atsiri sehingga kami tidak perlu membayar lagi.

Masing-masing kegiatan yang ditawarkan oleh Rumah Atsiri memiliki titik lokasi dan biaya tiket masuk yang berbeda-beda. Untuk membayar biaya tersebut, kami diberi opsi untuk mencairkan voucher tersebut atau dapat juga dengan membayar secara langsung di loket tiket, baik dengan uang tunai maupun dengan memindai QRIS yang disediakan. Kami diberi waktu bebas sekitar enam jam dan harus telah berkumpul kembali di lobi pada pukul 17.00.

Mendengarkan Penjelasan dari Pengelola

Setelah dipersilakan oleh pengelola untuk menjelajahi lingkungan Rumah Atsiri, kami memutuskan untuk mengunjungi museum terlebih dahulu. Museum tersebut terletak di tengah taman yang berada di barat laut bangunan utama. Untuk menuju museum, kami hanya perlu menuruni tangga ke lantai 1 dan menyusuri taman bunga.

Sebelum memasuki museum, kami menukarkan empat voucher yang kami miliki dengan tiket masuk museum sebesar Rp38.500,00 untuk satu orangnya. Karena terdapat pemandu yang akan mendampingi kami selama tur, kami juga perlu menunggu selama 10 menit hingga sesi tur dimulai.

Suasana Bagian Depan Museum

Tur museum adalah kegiatan yang kami nanti-nantikan, bahkan sebelum kami menetapkan hari pelaksanaan kunjungan. Hanya dengan mengikuti tur museum, kami dapat mempelajari bermacam hal mengenai minyak atsiri, mulai dari sejarahnya, jenis-jenisnya, metode pembuatan dan pengolahannya, dan masih banyak lagi. Wanginya tanaman dan produk olahan minyak atsiri yang menjadi salah satu koleksi museum ini memberikan sensasi tersendiri yang membuat pengalaman edukasi di Rumah Atsiri menjadi berkesan.

Pada akhir tur museum kami diarahkan menuju toko suvenir melalui jembatan yang menghubungkan satu massa bangunan dengan massa bangunan lainnya dan melintang di atas kolam dan taman. Di sana kami melihat-lihat produk olahan minyak atsiri, seperti: sabun, parfum, pelembab, pengharum ruangan, dan sebagainya. Selain itu, terdapat juga pernak-pernik Rumah Atsiri, seperti: buku catatan, gantungan kunci, kaos, topi, dan lainnya.

Suasana Toko Suvenir

Hari telah berganti siang ketika kami menyelesaikan tur museum dan toko suvenir. Kami melanjutkan kegiatan kami di Rumah Atsiri dengan mengunjungi restoran. Karena kami melakukan kunjungan pada hari Minggu, suasana di Rumah Atsiri terlihat cukup ramai dan makin ramai di siang hari ketika pengunjung mulai berkumpul di restoran untuk makan siang.

Menu makanan, minuman, dan kudapan yang disajikan di restoran ini cukup unik karena dikombinasikan dengan bahan tanaman atsiri, misalnya kayu manis, daun choco mint, daun rosemary, daun mint, daun pandan, daun jeruk nipis, temulawak, serai, dan lain sebagainya. Desain restoran yang semi terbuka dan bersebelahan dengan taman membuat suasananya cukup asri.

Taman tersebut ditumbuhi oleh beragam tanaman atsiri (tanaman yang menghasilkan minyak aromatik) dengan bunga berwarna merah dan kuning yang bermekaran serta pepohonan yang dilingkupi dengan cermin setinggi orang dewasa dan menjadi spot foto menarik bagi para pengunjung. Dari tempat duduk restoran, kami melihat para pengunjung tak henti-hentinya mengabadikan momennya dengan mengambil foto maupun video ataupun duduk di bawah payung dan mengobrol dengan pengunjung lainnya.

Suasana Restoran

Perut yang telah kenyang menandakan tiba saatnya untuk berjalan-jalan santai. Kami pun melanjutkan tur Rumah Atsiri dengan mengunjungi Taman Aromatik yang terletak di sebelah timur bangunan utama. Sebelum memasuki area Taman Aromatik, kami terlebih dahulu membeli tiket masuk sebesar Rp25.000,00 untuk satu orangnya. Setelahnya, kami dibebaskan untuk berkeliling di area Taman Aromatik.

Saat melakukan tur di Taman Aromatik, pengunjung diberikan opsi untuk berkeliling sendiri atau menggunakan layanan pemandu bersama dengan pengunjung lain. Tempat pertama yang kami datangi di taman ini adalah bangunan yang berisi beragam jenis tanaman atsiri yang dikeringkan, lengkap dengan beberapa alat pengolahannya, seperti alat-alat yang digunakan dalam proses distilasi, serta minyak atsiri yang dikemas dalam botol-botol kecil yang dapat kami ambil dan cium wanginya.

Tempat kedua yang kami datangi yaitu sebuah greenhouse berisikan berbagai macam tanaman atsiri. Tanaman-tanaman tersebut ditanam dengan berbagai macam metode, seperti: digantungkan, ditanam langsung pada tanah, maupun ditanam pada sebuah pot. Mencium tanaman atsiri yang masih tumbuh dan belum diolah memberikan sensasi tersendiri bagi kami sebab setiap tanaman memiliki aroma yang berbeda-beda dan dengan intensitas yang berbeda-beda.

Suasana Bagian Dalam Greenhouse di Taman Aromatik

Setelah menjelajahi bagian dalam greenhouse, kami melanjutkan tur kami dengan menjelajahi taman di sekeliling greenhouse. Pada taman tersebut terhampar berbagai jenis tanaman atsiri, mulai dari yang berupa semak-semak, tanaman berbunga, maupun pepohonan yang tinggi menjulang. Ketika berjalan-jalan di taman, kami bertemu dengan kelompok pengunjung lain yang didampingi oleh pemandu. Pemandu tersebut mempersilakan kami untuk memetik dedaunan tanaman atsiri dan memakannya untuk mengetahui rasanya.

Masih cukup lama waktu yang kami miliki untuk menjelajahi lingkungan Rumah Atsiri hingga shuttle siap mengantarkan kami kembali. Karena telah berjalan-jalan cukup jauh, kami singgah sebentar di area amfiteater. Amfiteater ini terletak di sebelah utara bangunan utama dan menjadi spot foto bagi pengunjung yang datang berombongan.

Tempat ini menjadi menarik sebab dilatarbelakangi oleh fasad bangunan utama dengan signage atau tulisan RUMAH ATSIRI INDONESIA. Sayangnya tulisan tersebut tidak terlihat begitu jelas sebab terletak di depan dinding roster yang sudah tidak berwarna putih dan kontras dengan warna merah dari tulisan tersebut.

Suasana Amfiteater

Setelah puas berfoto-foto dan mengobrol, waktu telah menunjukkan pukul 16.45 dan mengharuskan kami beranjak dari amfiteater. Kami dan pengunjung lain yang menggunakan layanan shuttle telah berkumpul di lobi, tempat pertama yang kami singgahi saat memulai kunjungan Rumah Atsiri. Pukul 17.00 kami telah meninggalkan halaman Rumah Atsiri dan menuju Stasiun Solo Balapan. Sekitar pukul 18.00 kami telah sampai di stasiun tersebut dan menunggu kedatangan KRL yang akan mengantarkan kami kembali ke Stasiun Tugu Yogyakarta dan menyudahi tur aromatik kami di Rumah Atsiri selama satu hari penuh ini.

Tentang Penulis

Diasti Sukma Ekasanti adalah seorang penulis yang berfokus pada isu-isu arsitektur dan pariwisata. Ia mulai giat menulis sejak berkuliah di Program Studi Arsitektur di Universitas Gadjah Mada. Karyanya telah dipublikasikan di berbagai media daring maupun majalah. Melalui tulisannya, ia berharap dapat menginspirasi pembaca untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.

TRAVELING setip hari Jumat. Nah, kamu punya cerita traveling? Tidak selalu harus keluar negeri, boleh juga city tour di kota sendiri atau kota lain masih di Indonesia. Antara 1000-1500 kata. Jangan lupa transportasi ke lokasi, kulinernya, penginapannya, biayanya tulis, ya. Traveling diluar negeri juga oke. Fotonya 5-7 buah bagus tuh. Ada honoarium Rp. 100.000. Kirim ke email gongtravelling@gmail.com dan golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: traveling.

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://www.instagram.com/golagongkreatif?igsh=MXVlZDR5ODlwd3NsdQ==