Serang, 28 Oktober 2025 — Assa’adah Global Islamic School (AGIS) kembali menunjukkan komitmennya terhadap dunia literasi dengan menyelenggarakan AGIS Literacy Award (AGLA) 2025. Kegiatan ini menjadi wadah bagi siswa untuk mengekspresikan kemampuan literasi mereka, sekaligus ajang apresiasi bagi seluruh pihak yang berperan dalam menggerakkan budaya literasi di lingkungan sekolah. Acara yang berlangsung meriah ini diisi dengan peluncuran buku biografi pahlawan, penampilan seni dari siswa, serta seminar parenting dan bedah buku.


Direktur AGIS, Dadang Media Laksana, menyatakan bahwa AGIS memiliki visi menciptakan murid yang berwawasan global sekaligus islami. Makan dengan semangat kolaborasi dan inovasi, AGIS berharap AGIS Literacy Award (Agra) 2025 menjadi langkah konkret dalam membangun generasi literat yang siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri keislaman.




“Sebagai komitmen tersebut, AGIS memiliki kebijakan bahwa setiap guru wajib menulis buku sebagai bentuk keteladanan literasi. Selain itu, kami juga berkomitmen pemenuhan lima pondasi literasi dan numerasi bagi siswa Kinder Garten,” ujarnya saat memberi sambutan.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Serang, Nur Agis Aulia turut mengapresiasi upaya AGIS dalam meningkatkan budaya baca-tulis di kalangan pelajar. Agis menegaskan bahwa literasi menjadi kunci untuk membentuk generasi yang kuat.



Agis menjelaskan bahwa Pemkot Serang telah menyiapkan program pembentukan karakter. Tujuh karakter tersebut adalah sehat, cerdas, religius, peduli lingkungan, berbudaya, bersosial, memiliki semangat entrepreneurship, serta melek teknologi. Semua itu adalah karakter SDM unggul, ungkap Agis saat memberikan sambutan.
Sementara itu seminar parenting dan bedah buku diisi boleh pasangan literasi pendiri Rumah Dunia, Gol A Gong dan Tias Tatanka. Pada sesi bedah buku Tias menceritakan proses kreatif penulisan buku terbarunya, novel anak Negeri Permen yang diterbitkan MCM Publishing pada 2025.



“Awalnya outline novel ini saya rencanakan akan ditulis berdua dengan Mas Gong. Tapi karena beliau sibuk, kemudian saya meinta izin untuk ditulis sendiri,” jelas Tias. “Banyak pembaca yang penasaran cerita buku keduanya karena cerita di buku pertama Negeri Permen ini masih open ending,” tambahnya.
Sementara itu Gol A Gong, Duta Baca Indonesia banyak memberi pesan kepada orang tua tentang literasi keluarga. Ia mencontohkan kebiasaan di rumahnya setiap anggota keluarga memiliki buku atau perpustakaannya sendiri. Ada waktu luang tanpa gawai dan setiap hari harus ada waktu berkumpul di meja makan untuk berinteraksi di situlah literasi keluarga disisipkan.

“Sejak kecil anak-anak harus dikenalkan pada buku, cerita dan kegiatan kreatif Jangan memaksa anak membaca tapi ciptakan suasana di mana membaca itu menyenangkan,” ujarnya.
Bagi Gol A Gong literasi bukan hanya membaca atau menulis, melainkan melainkan soal membentuk karakter empati, kemandirian serta berpikir kritis. Ia percaya bahwa keluarga yang literat akan melahirkan generasi yang mampu menyeleksi informasi, berpikir kritis, serta rendah hati rendah dalam menghadapi kehidupannya.
Rudi Rustiadi



