Dari ujung gang, kulihat seseorang yang tengah berlari-lari kecil menuju ke arah kami. Dadaku tersentak. Aku mengenali wajah itu meski kami baru bersua satu kali, tempo hari. Orang itu tanpa merasa sungkan dengan keadaannya, melintasi kami.
Cerpen Sabtu
Cerpen Sabtu: Lun dan Pasal Penghinaan
Tiba-tiba Lun tersenyum picik. Wajahnya berseri kepuasan. Ia seperti baru saja menemukan jalan keluar setelah lama terkurung di gua gelap gulita. Inilah dia. Dengan mengumpat Lun mendapatkan kepuasan diri. Ia merasa jadi laki-laki sejati. Laki-laki yang memiliki kuasa. Kepercayaan dirinya muncul dengan umpatan yang keluar dari mulutnya.
Cerpen Sabtu: Ndaru dan Ikan Pelus
Di dalam pusaran air, tubuhnya ikut melingkar. Meliuk-liuk menuju dasar. Ia seolah lupa apakah masih bisa bernapas atau telinganya masih mendengar. Yang bisa ia ingat hanyalah genggam tangan Ratri yang begitu erat. Cintanya kepada Ratri masih terus berdenyut dalam nadi. Melingkari gemetar pergelangan tangan, menjalar menuju dada, merambat menuju kepala. Namun, betapa jika ia terus memeluknya, tubuhnya semakin ringan, semakin masuk lebih dalam. Dingin. Menggigil. Lalu setelahnya semua terasa gelap.
Cerpen Sabtu: Surga dalam Keranjang
Saya kembali fokus pada pemuda itu. Dia masih terus menumbuk. Caranya menjatuhkan alu ke dalam lumpang mulai sedikit santai. Sedari tadi, saya sudah gatal ingin menanyakan kenapa keranjang itu tidak dia letakkan saja. Tentu gerakannya akan lebih nyaman. Boleh jadi, pekerjaannya pun bisa segera rampung. Namun, saya menelan kembali rasa penasaran itu.
Cerpen Sabtu: Pengarang Nganggur
Sudah menginjak bilangan satu minggu, laptop Rudi diiklankan di media sosial. Berkali-kali calon pembeli datang melihat-lihat laptop sekaligus bertanya harga lalu menawar dan dengan pengecualian: ada yang juga tidak menawar sama sekali.
Cerpen Sabtu: Aku Sudah Ditunggu
Otaknya sibuk merancang rencana. Apa-apa saja yang hendak dilakukannya hari ini. Membereskan rumah, memasak, memandikan Genduk, mendulang Genduk, menidurkan Genduk, mencuci baju, menyetrika, dan tentu mencuci piring. Pekerjaan domestik yang setiap hari berputar-putar seiring jam bundar. Itu-itu melulu. Namun, hari ini, entah kenapa hari ini Menur merasa aneh sekali.