Dalam pidato radionya pada 1946, Chairil Anwar membahas sejumlah sajak yang kemudian ia golongkan sebagai sajak yang –dari sisi bentuk dan isi— telah mampu melepaskan diri dari pengaruh Pujangga Baru, dan yang belum. Dengan mudah kita mafhum bahwa saat itu Chairil Anwar sedang menggarisbawahi sesuatu yang menggembirakan dalam konteks perkembangan puisi Indonesia modern, yaitu kebaruan. …
Tag
Menampilkan: 1 - 1 dari 1 HASIL