Oleh Bambang Wanareja
Dunia seni kita memang “rapuh”, gampang dibikin ribut. Di seni rupa, ada seorang kolektor bernama Syakieb Sungkar. Setelah cukup lama terkenal sebagai kolektor yang aktif, terdengar kabar dia kuliah S2 di Driyarkara, menulis tesis tentang Adorno. Dia lalu suka tampil jadi pembicara membahas prinsip-prinsip estetika Adorno.
Lalu dia mulai melukis, mulai ikut pameran kelompok. Lalu dia pameran tunggal, dan makin sering berpameran. Tentu saja lukisannya banyak yang laku terjual, dan pameran-pamerannya sering dibicarakan. Sekarang dia selain aktif berpameran, jadi Pemred Jurnal Filsafat.
Lalu orang ribut: masa kolektor melukis?
Sebenarnya kalau kasus ini mirip dengan saat Gunawan Muhammad. Dia mulai berpameran seni rupa, orang-orang pun pada ribut: Masa penyair melukis?
Polemik tentang Angkatan Puisi Esai silakan baca di sini.
Di salah satu Forum Artist’s Talk di Bandung, Gunawan Muhammad pernah bilang, “Saya mulai melukis saat pensiun dari Tempo, dulu biasa sibuk dikejar deadline, terus jadi enggak ada kerjaan, saya pun mulai melukis…”
Kira-kira seperti itulah yang terjadi dengan Denny JA dan puisi esainya. Kira-kira seperti itulah. Kira-kira seperti…
*) Bambang Wanareja penikmat seni.