
Oleh: Zaeni Boli
Sulit juga memilih bahasa yang tepat untuk menggambarkan para pekerja pelabuhan penyeberangan jarak dekat dari Pelabuhan Larantuka ke Wailebe atau Adonara. Tapi baiklah, saya ingin bercerita sedikit tentang pekerjaan mereka, khususnya saat air surut—saat kapal bersandar.
Kami berangkat dari Wailebe di Adonara tepat sebelum gelap. Tak lama setelah sampai di Larantuka, hari sudah gelap dan air laut pun surut di pelabuhan. Seharusnya, jika air tidak surut, kapal-kapal kecil yang memuat penumpang dan sepeda motor ini akan lebih mudah bersandar serta menurunkan muatan. Khususnya untuk sepeda motor, proses memindahkannya menjadi pekerjaan berat dan penuh risiko.

Saat badan kapal sejajar dengan dermaga atau ketika air laut pasang, prosesnya tergolong mudah. Berbeda halnya saat air laut surut—kapal berada di posisi lebih rendah dari pelabuhan, sehingga menyulitkan awak kapal untuk memindahkan motor ke sisi daratan.
Pekerjaan yang biasanya hanya membutuhkan tiga orang, saat air surut seperti ini bisa memerlukan lima orang dewasa atau lebih untuk mengangkat motor ke darat. Sungguh perjuangan luar biasa dari para awak kapal, dan tentu saja, juga dari kapal itu sendiri.
Pemandangan ini sering terjadi di tempat kami. Tanpa disadari, hal ini bisa menjadi tontonan yang memicu adrenalin. Jika tidak hati-hati, motor bisa terjatuh ke laut. Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan oleh para profesional di bidangnya.
Saya beruntung, hari ini—2 Mei 2025—kembali bisa menyaksikan hal hebat ini di Pelabuhan Larantuka, meskipun hari sudah gelap.

