Hari Ibu adalah undangan sunyi,
untuk kembali pada hal yang paling mendasar:
rasa hormat kepada kehidupan.
Dan kehidupan, di manapun ia bermula,
selalu menemukan wajah pertamanya
pada seorang Ibu.
Dari rahim Ibulah manusia hadir ke dunia,
bukan hanya sebagai tubuh,
tetapi sebagai harapan.
Di dalam dirinya,
kehidupan dijaga dengan kesabaran,
ditumbuhkan dengan kasih,
dan dilepaskan dengan doa.
Di sanalah nilai kemanusiaan
pertama kali diperkenalkan.
Di ruang domestik,
Ibu bekerja tanpa panggung.
Ia merawat, mendidik, dan menata kehidupan
dengan ketekunan yang sering luput dari sorotan.
Namun justru dari kerja yang senyap itulah
karakter manusia dibentuk,
nilai ditanamkan,
dan masa depan disiapkan.
Banyak Ibu kemudian memikul peran ganda,
melangkah ke ruang publik dan profesional.
Mereka berpikir, bekerja, memimpin,
sambil tetap menjaga pusat kehidupan.
Peran ini bukan sekadar pilihan individual,
melainkan kontribusi besar,
bagi masyarakat dan peradaban.
Karena itu, penghormatan kepada Ibu
harus hadir sebagai kesadaran kolektif,
bukan sekadar ungkapan personal.
Hari ini, kita diajak menempatkan Ibu
pada urutan tertinggi dalam hidup kita,
sebagai sumber nilai,
penjaga keseimbangan,
dan pengingat makna.
Menghormati Ibu berarti
menghormati asal-usul kita,
dan menjaga keberlanjutan kehidupan.
Sebab selama Ibu dihargai,
kasih tidak kehilangan arah.
Dan selama kasih dijaga,
kemanusiaan akan selalu menemukan jalannya.
Selamat Hari Ibu,
untuk Almarhumah Ibuku,
dan untuk semua Ibu di dunia,
penjaga kehidupan,
tanpa syarat dan tanpa henti. ❤️
22 Desember 2025


