Kokulikuler merupakan kegiatan pembelajaran di luar kelas yang disusun secara sistematis dengan tujuan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga negara yang aktif dan berdaya saing. Melalui kegiatan kokulikuler, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi dan minat bakatnya masing-masing.
Kegiatan kokulikuler ini bertujuan menjadi praktik baik langsung di lapangan setelah peserta didik memperkaya diri dengan materi yang didapatkan pada proses pembelajaran di dalam kelas. Sebuah jembatan antara teori yang tersimpan dalam catatan lalu diamalkan dalam bentuk kegiatan, seperti field trip, entrepreneur day, gotong royong, volunteer, jurnalistik, dan lain sebagainya.

Bidang entrepreneur day menjadi salah satu daya tarik bagi dunia pendidikan untuk mendorong semangat ekspor sejak dini. Sekolah menjadi pihak yang menyelenggarakan, mendorong, dan menciptakan situasi dan kondisi sosial-ekonomi yang aktif melalui pembukaan bazar makanan lokal. Makanan lokal dibuat dan disajikan langsung oleh peserta didik mengikuti arahan pembimbing atau wali kelas. Adapun yang menjadi pengunjung bazar adalah duta besar negara-negara tertentu yang diundang khusus oleh pihak sekolah.
Pihak sekolah mengadakan kegiatan yang bersifat mengajak peserta didik untuk bisa mengakses ekspor bidang kuliner. Sejauh ini, makanan seperti nasi goreng, sate, bakso, rendang, dan lain sebagainya sudah menjadi menu andalan untuk lidah-lidah mancanegara. Dengan penuh kesadaran diri, peserta didik diajak membuat makanan lokal untuk bisa dijual kepada pengunjung luar (duta besar negara).

Di sisi lain, kegiatan entrepreneur day tidak sebatas mengungkapkan cita rasa, tapi juga memperkenalkan rempah-rempah asli Indonesia yang sering diekspor kepada peserta didik. Cita rasa dan rempah-rempah menjadi modal utama bagi satuan pendidikan untuk mengenalkan kepada peserta didik komoditas lokal yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Ajang memperkenalkan makanan lokal dan rempah-rempah perlu kolaborasi yang kuat antara sekolah, orang tua, pedagang lokal, duta besar negara, dan warga kelas. Sekolah menjadi titik utama persebaran kegiatan entrepreneur day. Panitia merancang acara, menyusun anggaran, dan menyiapkan panggung selama kegiatan berlangsung.
Dewan guru atau wali kelas memberikan arahan, bimbingan, dan masukan tentang makanan lokal kepada peserta didik. Mereka akan berdiskusi menentukan jenis makanan lokal apa yang dibuat, berapa harga per satu porsi, bagaimana marketing untuk menarik pelanggan, dan apa saja kebutuhan di lapangan.

Guru mata pelajaran bisa memberikan project-based learning (PJBL) kepada peserta didik untuk menggantikan jam belajar selama di kelas. Sebagai contoh, mata pelajaran matematika memberikan penugasan untuk menghitung modal dan keuntungan, mata pelajaran Bahasa Indonesia membuat iklan promosi makanan lokal, mata pelajaran IPS memberikan tugas pentingnya gotong royong di era digital, serta masih banyak yang lainnya.
Orang tua ikut serta memberikan dukungan kepada sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan, bahkan bisa saja memberikan ide, arahan, atau gagasan agar menciptakan acara yang spektakuler. Kekuatan orang tua dan sekolah akan memperkaya khazanah pendidikan, terutama agar tercipta bibit unggul untuk mendorong percepatan ekspor sejak dini.
Pedagang lokal menyediakan rempah-rempah kepada pihak sekolah sebagai upaya untuk memasok ketersediaan bahan baku yang akan dibuat menjadi makanan lokal. Pelibatan mereka berfungsi untuk mendapatkan bahan-bahan yang segar karena akan memberikan cita rasa yang kental.

Duta besar negara menjadi hakim untuk memberikan penilaian dan mencicipi hidangan. Setiap warga kelas mempersiapkan dua orang perwakilan untuk menjelaskan hasil makanan dan bahan-bahan yang digunakan. Penjelasan dari masing-masing warga kelas diupayakan menggunakan bahasa asing, seperti Inggris, Arab, atau Mandarin.
Selain duta besar negara, perwakilan warga kelas ikut andil memberikan penilaian dari cita rasa yang disajikan tiap peserta. Berduyun-duyun merasakan sensasi makanan lokal yang mendunia, meresap ke dalam tenggorokan mereka.
Tidak hanya menyajikan menu makanan, tetapi menampilkan kekompakan, kepedulian, kepekaan, dan kerja sama menjadi catatan penting bagi sekolah. Catatan yang digunakan untuk melihat perkembangan peserta didik, sejauh mana mereka dapat menerapkan teori akademik di dalam kelas yang disalurkan melalui kegiatan sekolah.

Peserta didik berlomba memasak dan menyiapkan hidangan di atas wadah, menghiasnya menjadi mewah dan megah, lalu merayu pengunjung agar datang ke stand boothnya lalu membeli hasil jerih payahnya.
Kekompakan dan kerjasama mereka akan diuji di lapangan. Mulai dari pembagian tugas seperti bagian koki, kasir, pelayanan untuk konsumen, membungkus hidangan ke dalam plastik, keamanan dan kebersihan stand booth, dan lain sebagainya.

Hal lain yang tidak kalah penting, peserta didik diajak untuk meningkatkan literasi melalui presentasi hasil masakan. Penjelasan paling menarik dan memiliki literatur yang luas, menjadi nilai tambah untuk mendapatkan poin besar. Hal itu akan tercapai, apabila peserta didik membaca asal-usul, sejarah atau peran makanan lokal di zaman dulu. Sehingga, kegiatan tidak hanya sebatas bertujuan mendorong ekspor sejak dini, tetapi mendorong peserta didik untuk mencintai produk sendiri.
Ini adalah bentuk perjuangan untuk menciptakan generasi yang siap bersaing di pasar global. Dengan demikian, kegiatan kokulikuler melalui entrepreneur day dapat menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peserta didik.


