Awang menoleh ke jam dinding. Tuk… tuk… tuk… — denting detiknya semakin keras, seperti palu mengetuk batok kepalanya. “Ini sudah keterlaluan!” suara di kepalanya terus menggedor.
Awang berdiri. “Apa katamu tadi? Sebentar?” suaranya meninggi. “Saya sudah menunggu satu jam di sini! Bersabar! Perusahaan macam apa ini?!”

