Tentunya ke depan, tantangan, rintangan dan halangan untuk mengkampanyekan minat baca makin berat. Padahal, dengan membaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan, karena membaca adalah jendela dunia. Dalam Islam surat pertama yang diturunkan yakni Surat Al-‘Alaq, sebagai ayat yang mengandung perintah untuk membaca. Iqra, bacalah!

Pada sisi lain, alih-alih gemar membaca, justru masyarakat Indonesia lebih suka melihat (menonton) dari pada membaca. Kalau Anda ingin terkenal, maka lebih baik Anda menjadi youtuber dari pada penulis.

Terlepas dari semua tantangan dan rintangan yang menghadang, gerakan membaca harus terus digelorakan dengan semangat empat lima. Itu tanggung jawab moral semua warga. Dan pemerintah sudah sepantasnya memberikan dukungan.
Sudah sepatutnya pemerintah menjadikan pusat-pusat membaca di pusat kota sebagai ujung tombak gerakan literasi. Perpustakaan harus dibangun di pusat kota. Perpustakaan Nasional bisa dijadikan contoh. Dibangun di kawasan emas Merdeka Selatan.
Tantangan pengemban amanah Duta Baca Indonesia dan para Duta Baca Daerah ke depan sangat tidak ringan kalau kita enggan menggunakan diksi berat. Namun di balik tantangan dan rintangan yang menghadang, percayalah niat mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadikan gerakan membaca sebagai bagian dari hidup bangsa pasti mendapatkan ridho Allah SWT.

Sudah saatnya membaca dijadikan sebagai gaya hidup. Passion. Dan sudah saatnya kita memamerkan buku di beragam platform yang ada sebagai bagian dari gaya hidup kita. Sebagai budaya bangsa. Yo, kita membaca!
*) Rusmin Sopian, Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kabupaten Bangka Selatan. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan.


