Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Intan yang sedang berjalan kaki seorang diri menuju kosnya merasa ada yang tidak beres.
Jalanan sudah sepi, kini hanya ada dia dan seseorang yang berjalan tidak jauh di belakangnya.
Sampai pertigaan jalan, Intan belok ke kiri. Sepertinya orang di belakangnya juga mengikuti jalan yang sama.
Intan berhenti sebentar untuk memastikan apakah firasatnya benar.
Seketika tidak ada suara terdengar. Orang di belakangnya juga ikut berhenti berjalan.
Intan kembali berjalan, orang itu juga.
Sepertinya benar, dia sedang diikuti. Rasanya Intan ingin menelpon sahabat satu kosnya, Adel, untuk menjemputnya, namun telepon selulernya tertinggal di kamar.
Intan berjalan lebih cepat. Terdengar langkah di belakangnya juga semakin cepat.
Tidak ada kendaraan maupun orang lain di sekitar.
Gawat.
Intan memberanikan diri menoleh ke belakang. Orang di belakangnya memakai masker dan jaket hitam, berjalan dengan cepat.
Nafas Intan semakin kencang, begitu juga dengan langkahnya.
Tiba-tiba ada cahaya motor dari arah depannya. Bagus, pikir Intan. Mungkin ia bisa minta diantar pulang. Apapun lebih baik daripada berjalan dalam ketakutan.
Motor semakin mendekat. Warnanya hijau, dinaiki 2 orang lelaki. Ah, sayang sekali ada 2 orang. Tidak bisa minta tolong dibonceng pulang.
Motor itu datang dari arah berlawanan, Intan bisa melihat wajah si pengendara. Intan kaget, karena orang yang dibonceng membawa parang.
Semakin mendekat, orang yang dibonceng mengacungkan parang kepada Intan. Tap ketika jarak mereka hanyadua meter saja, kedua orang itu terlihat terkejut lalu mempercepat motor dan melewatinya.
Intan bergidik. Apa yang mereka lihat? Mungkin tempat ini tidak hanya rawan orang jahat, tapi juga berhantu!
Atau orang yang mengikuti Intan itu hantu?
Intan tidak kuat lagi. Ia berlari menuju kosnya yang sudah semakin dekat.
Kos mulai terlihat di depan mata. Adel, sahabat satu kos Intan, muncul dari dalam pagar kos.
“Intaan! Dari mana aja? Kenapa gak angkat telpon? Aku nungguin kamu dari tadi!”
Terengah-engah Intan berhenti di depan Adel.
“Hape-ku ketinggalan di kamar. Dari tadi kamu di pagar? Kenapa, Del?”
“Belum dengar ya, Tan? Di gang sebelah ada begal! Baru aja ada korbannya. Tas diambil, terus tangannya luka dibacok pake parang. Kasian deh. Aku jadi khawatir kamu belum pulang. Kamu gak apa-apa kan? Kok, pucat sih?”

“Aduh, Del! Kayaknya aku diikutin begal, deh. Takut, jadi lari sampai sini.” Intan menoleh ke belakang.
“Ada orang ngikutin kamu?”
“Iya. Eh, kok nggak ada? Tadi orang yang ngikutin aku begalnya pakai jaket dan masker hitam!”
“Nggak! Dengar-dengar sih begalnya 2 orang, Tan. Naik motor hijau.”
Dua orang? Motor hijau? Apa motor yang tadi ditemui Intan?
“Aku.. lihat 2 orang naik motor hijau, Del. NGgakjelas sih. Yang dibonceng bawa parang, Tapi, mereka seperti takut melihat hantu di belakangku. Mereka kabur. Aku juga.”
“Huaaa.. Syukurlah, Tan”
“Iya. Tadi mereka sempat kaget terus langsung ngebut. Apa jangan-jangan.. Mereka takut sama orang yang di belakangku, ya? Tadi ada yang ngikutin aku lama banget”
“Tan! Aku pernah denger cerita. Jangan-jangan orang yang ngikutin kamu itu malaikat penaga kamu. Semua orang tahu, kamu itu solehah, suka nolong orang.”
Intan tidak paham apa yang sebenarnya terjadi, namun ia bersyukur sampai dengan selamat. (*)


TENTANG PENULIS: Alya Yasmine, asal Samarinda Kalimantan Timur dan sedang menetap di Jakarta. Suka membaca buku di waktu luang. Resolusi tahun barunya adalah membaca lebih banyak buku dan menulis lebih banyak.

FIKSI MINI hadir setiap minggu mulai Juni 2025. Terbit hari Senin. Kita tahu, fiksi mini sedang trend. Silakan mengirimkan fiksi mini karyamu. Satu lokasi, satu waktu, ada plot twist saat endingnya. Antara 250-500 kata. Silakan kirim fiksi minimu ke gongtravelling@gmail.com, subjek: fiksimini. Sertakan bionarasimu 5 kalimat, foto dirimu, dan ilustrasi yang mendukung. Ada uang ganti pulsa alakadarnya Rp. 100.000,- dari SIP Publishing. Selamat menulis. Silakan klik untuk melihat fiksi mini yang sudah tayang:


