Peribahasa ini juga mengandung semangat jangan menilai seseorang dari penampilannya saja, karena keberanian dan kekuatan sejati berasal dari dalam.
Sarapan Kata
Sarapan Kata 145: Karam Berdua Basah Seorang
Dalam hidup, sering kali keadilan bukan tentang benar atau salah, tapi tentang siapa yang lebih kuat atau lebih pandai menghindar.
Sarapan Kata 144: Seperti Kapur di Ujung Telunjuk
Peribahasa ini menggambarkan situasi di mana seseorang, walaupun terlihat dekat atau diharapkan bisa membantu (karena hubungan kekeluargaan, misalnya), ternyata tidak bisa berbuat apa-apa. Kapur di ujung telunjuk itu rapuh—ia tidak bisa memberi kekuatan, hanya tampak ada.
Sarapan Kata 143: Berkayuh Sampai ke Hilir
Peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan strategi cerdas dalam hidup atau pekerjaan — bekerja sekali tapi hasilnya berlipat.
Sarapan Kata 142: Berkayuh Sampai ke Hilir
Jadi, ungkapan ini mengajarkan tentang ketekunan, kesabaran, dan komitmen untuk menyelesaikan apa yang sudah kita mulai.
Sarapan Kata 141: Manusia Tahan Kias Binatang Tahan Palu
Manusia itu makhluk berakal, jadi kalau dikritik, dinasihati, atau disindir dengan kiasan (perkataan halus, perumpamaan), dia seharusnya bisa mengerti dan memperbaiki diri tanpa perlu tindakan kasar.
Sarapan Kata 140: Ikut Hati Mati Ikut Rasa Binasa
Ini peribahasa Melayu yang dalam banget maknanya. Secara sederhana, artinya kalau kita terlalu mengikuti kehendak hati atau hawa nafsu, kita bisa celaka. Emosi tanpa kendali bisa menjerumuskan kita ke keputusan yang buruk. Jadi, intinya adalah: perlunya akal dan pertimbangan yang matang dalam bertindak, jangan cuma ikut perasaan.
Sarapan Kata 138: Seperti Mayat Ditegakkan
“Seperti mayat ditegakkan” itu peribahasa yang cukup pedas sindirannya—menggambarkan seseorang yang terlalu kurus, pucat, dan tak bersemangat, sampai-sampai kayak mayat yang dipaksa berdiri. Bisa karena sakit, kelelahan, atau memang fisiknya lemah banget.