Admin Oleh: Zaeni Boli
Saya memilih untuk datang lebih awal ke ruang pertemuan diskusi karya, yang juga menjadi ruang pameran arsip digital Maumerelogia 5, di Aula Carmel.
Begitu yang tertulis di pintu depan. Tidak ada penjaga—mungkin panitia sedang sibuk di lokus-lokus kegiatan lain Maumerelogia. Agenda yang digelar selama sepuluh hari ini, dengan persiapan yang panjang, pasti sangat menguras tenaga.
Saya bertolak ke tempat ini diantar oleh Abang Ebed, kawan jurnalis yang bertugas di Maumere. Saya sengaja datang lebih awal, selain agar bisa leluasa beristirahat, juga untuk melihat-lihat pameran saat masih sepi. Konon, untuk menikmati ruang pameran seperti ini, kita memang dianjurkan datang di saat sepi—seperti siang ini, 22 Mei 2025, di bawah teriknya matahari kota Maumere.
Saya memilih aula pertemuan ini untuk beristirahat sambil menikmati karya-karya yang tersaji tanpa dipaksakan: video-video arsip yang dibiarkan bekerja sendiri, tanpa mengeluh, tetap setia berputar dalam ruang sunyi.
Mungkin nama ruang pameran atau bagian dari pameran ini adalah Baru-Baru, dengan tema besar “Kultur Kota Kita.”
Sebuah rangkaian acara dari Maumerelogia 5, 2025.
