Oleh: Marlin N. A
Di tengah liburan dan perjalanan panjang saya selama di Pangandaran, yang didominasi petualangan menjelajahi setiap sudut keindahan alamnya, tubuh saya mulai merasa lelah dan memberikan sinyal untuk tidak melakukan aktivitas berat dan penuh petualangan terlebih dahulu.
Tubuh ini memang sudah hampir mencapai batas, tapi tentu saja saya tidak mau menghabiskan hari hanya dengan berdiam diri di balik selimut. Saya membutuhkan sesuatu yang tetap menyenangkan dengan pengalaman baru dan suasana baru pula. Selain itu, saya pikir, saya masih sanggup jika hanya perjalanan singkat dan kegiatan yang tidak perlu mengeluarkan energi terlalu banyak.

Setelah mencari beberapa opsi tempat yang akan dikunjungi, saya memutuskan untuk pergi ke Perpustakaan Kabupaten Pangandaran dan mengajak salah satu teman saya untuk pergi bersama. Sebagai persiapan, satu hari sebelum berangkat, kami mencari segala informasi yang dibutuhkan, termasuk jarak yang akan kami tempuh.

Perpustakaan ini terletak di Jl. Raya Cijulang, Sukaresik, Kec. Sidamulih, Kab. Pangandaran, Jawa Barat atau sekitar 10 km dari Pantai Barat. Jika melihat dari waktu tempuhnya, kami hanya akan menghabiskan sekitar 20–21 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi.
Sebenarnya, penggunaan kendaraan pribadi bukan satu-satunya opsi untuk mencapai perpustakaan. Angkutan umum seperti angkot dan bus pun bisa dijadikan pilihan. Jika memilih menggunakan bus, kita perlu pergi menuju Terminal Pangandaran terlebih dahulu.

Perpustakaan Pangandaran buka pada pukul 09.00 WIB dan tutup pada pukul 16.00 WIB. Dengan segala informasi tersebut, kami berencana untuk pergi setengah jam sebelum perpustakaan dibuka agar benar-benar bisa menikmati perjalanan dan menghabiskan waktu cukup lama di perpustakaan.
Keputusan itu membuat kami puas. Suasana dan pemandangan selama perjalanan, seperti matahari yang menembus sela-sela daun saat melewati tempat yang sisi kiri dan kanannya dipenuhi pohon. Lalu jalanan yang penuh aktivitas warga—baik yang sedang pergi ke suatu tempat, membuka kios, dan hal lainnya—terasa menenangkan. Kemudian, sepanjang jalan kami disuguhi aroma wangi khas kelapa yang dimasak, yang terasa menggoda dan memberikan sensasi baru dalam perjalanan kali ini.
Kami sampai sekitar 10 menit sebelum waktu buka yang tertera di mesin pencari, tapi perpustakaan sudah mulai ramai. Kami disambut oleh petugas. Kami sedikit kebingungan sampai akhirnya petugas menjelaskan bahwa perpustakaan buka dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Untuk harinya, sama seperti perpustakaan pada umumnya. Perpustakaan Kabupaten Pangandaran hanya buka pada hari kerja, yaitu dari Senin sampai Jumat.

Kami berjalan masuk. Awalnya kami merasa bingung karena ada tangga besar menuju lantai dua dan tangga kecil menuju ruangan yang lebih rendah. Untungnya, petugasnya ramah dan memberitahu bahwa area perpustakaan berada di bawah, sedangkan tangga ke atas adalah ruang petugas. Kami mengikuti petunjuk, melepaskan alas kaki, lalu masuk ke dalam.
Sudah ada beberapa pengunjung di sana. Kami berpencar mencari buku yang menarik untuk dibaca sekali duduk karena waktu kami terbatas. Saya menuju rak buku pertama dan mencari yang sekiranya menarik. Jujur saja, tidak ada jenis buku atau genre tertentu yang saya incar. Saya membiarkan semuanya mengalir saja, terlebih untuk menghindari ekspektasi terlalu tinggi, karena setiap perpustakaan memiliki karakteristik dan prioritas jenis bukunya masing-masing.

Saya berjalan dari satu lorong ke lorong lain dan mulai mendapat beberapa buku yang saya pikir akan dibaca hari ini. Namun, saya memutuskan berkeliling sedikit lebih lama sebelum benar-benar menarik buku yang saya inginkan dan duduk membacanya sampai selesai. Yang menarik dari perpustakaan ini, saya disuguhi cukup banyak pilihan buku fiksi. Ada berbaris-baris novel yang mengisi rak, bukan hanya satu baris, tapi memenuhi beberapa rak buku berukuran tinggi. Kemudian di sisi lain, di rak-rak kecil setinggi orang dewasa, buku fiksi anak dengan tema beragam dan warna cerah yang disukai anak-anak berjajar rapi.
Untuk buku pengetahuan umum pun tidak kalah dari buku fiksi. Ada cukup banyak lemari terisi buku nonfiksi. Sayangnya, buku yang membahas topik sesuai studi saya tidak begitu banyak. Hanya ada beberapa buku saintek yang dipajang di sini—tidak terlalu sedikit, tapi juga tidak bisa dikatakan banyak. Akan tetapi, untuk bidang lainnya, perpustakaan ini cukup lengkap. Saya bahkan menemukan beberapa buku menarik terkait sejarah manusia dan politik.

Setelah lama berkeliling, saya memutuskan untuk membaca sesuatu yang ringan. Saya langsung pergi ke rak buku tempat novel dipajang dan mengambil novel Kim Ji-young, Lahir Tahun 1982 karya Cho Nam-Joo. Buku ini tidak terlalu tebal, hanya 192 halaman, dan cukup menarik. Untuk situasi sekarang, saya pikir ini buku yang tepat.
Saya bergegas menuju tempat duduk yang tersedia. Di sana, teman saya sudah mulai membaca buku pilihannya. Ini pengalaman menarik bagi saya dan memberikan nuansa baru. Cukup lama saya tenggelam dalam dunia fiksi novel yang saya baca.

Suasana mulai cukup ramai. Beberapa anak, yang kira-kira berusia di bawah sepuluh tahun, datang dan pergi menuju rak kecil lalu mengambil buku bergambar. Mereka tanpa ragu duduk dan membaca dengan suara sedikit berbisik. Dari setiap tindakannya, terlihat jelas bahwa ini bukan pertama kali mereka datang ke perpustakaan. Beberapa anak lainnya datang, tampaknya dari kelompok berbeda. Ada yang bersama orang tua, ada pula yang datang masih menggunakan seragam.
Sekarang saya mengerti kenapa perpustakaan ini memiliki banyak buku anak dan buku fiksi remaja. Mereka yang datang terlihat sangat menikmati waktu mereka di perpustakaan. Saya senang bisa mendapatkan pengalaman ini. Perjalanan yang menarik, petugas yang ramah, bahkan di jam istirahat pun kami bisa tetap berada di dalam perpustakaan asalkan tidak melanggar peraturan—semua itu benar-benar memberikan nuansa baru dan sisi lain dari Kabupaten Pangandaran.
Tentang Penulis:
Marlin atau Marlin N.A. nama pena dari seorang pencinta keindahan yang senang berimajinasi dan selalu kagum dengan sastra dan tempat yang memberikan makna mendalam. Bukan seorang yang ahli dalam merangkai kata tapi seorang yang selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam setiap kalimat yang dirangkainya. Seorang penulis yang bercita-cita dapat menyentuh pembaca dengan kata-katanya. Salah satu karyanya masuk dalam antologi cerpen Kentara.

TRAVELING setip hari Jumat. Nah, kamu punya cerita traveling? Tidak selalu harus keluar negeri, boleh juga city tour di kota sendiri atau kota lain masih di Indonesia. Antara 1000-1500 kata. Jangan lupa transportasi ke lokasi, kulinernya, penginapannya, biayanya tulis, ya. Traveling diluar negeri juga oke. Fotonya 5-7 buah bagus tuh. Ada honoarium Rp. 100.000. Kirim ke email gongtravelling@gmail.com dan golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: traveling.


