Saya menulis puisi Jembatan Kota Lama Kendari dengan tujuan tidak hanya merayakan keindahan Kota Lama Kendari, tetapi juga mengajak kita untuk menghargai kenangan dan warisan budaya yang ada di sekitar kita. Ini adalah pengingat bahwa meskipun waktu berlalu dan perubahan terjadi, ingatan akan tempat dan orang-orang yang kita cintai akan selalu ada dalam hati kita.
Puisi Gol A Gong
Melukis kata
Cinta dalam Puisi
Puisi “Cinta” adalah karya yang menyentuh dan menggugah, menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks terkait dengan cinta dan kehilangan. Melalui penggambaran yang reflektif, ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya memahami cinta dalam konteks kehidupan.
Jalan Menuju Rumahmu Lewat Puisi
Puisi ini menyoroti perjalanan fisik dan emosional menuju rumah orang yang dicintai. Jalan setapak yang dilalui menjadi simbol dari usaha dan komitmen dalam hubungan. Puisi ini menggambarkan perjalanan cinta yang penuh makna, menyampaikan pesan tentang pentingnya hubungan dan usaha untuk menjaga keindahan dalam hidup.
Panggung Gus Miftah itu Roboh
Puisi “PANGGUNG” ini mencoba menggambarkan filosofi tentang posisi seseorang di masyarakat, simbolisme panggung, dan efeknya terhadap individu. Ini adalah kritik sosial dari saya terhadap kesombongan dan penyalahgunaan kekuasaan atau pengaruh.
Tanah Bapak dalam Puisi
Puisi ini menyoroti pentingnya tanah sebagai warisan nenek moyang. Tanah bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga simbol identitas dan sejarah keluarga. Wasiat kakek yang diwariskan kepada bapak menunjukkan nilai yang dijunjung tinggi dalam budaya agraris.
Menunggu dalam Puisi
Saya menulis puisi ini di Taipe. Saya banyak mendengar kisah buruh migran yang sedang mengharapkan sesuatu. Puisi ini tentang penantian yang penuh harapan. Jalan setapak yang digambarkan sebagai tempat di mana seseorang menunggu menunjukkan adanya harapan untuk bertemu atau berkomunikasi dengan orang yang dicintai.