Puisi Gol A Gong: Aku Ingin Pulang

Puisi tentang kekecewaan kepada para pemimpin yang korup tidak selalu harus dikatakan dengan gamblang. Puisi harus kita semunyikan, biarkan pembaca membukanya pelan-plan dan menemukannya sendiri. Tafsir bisa berbeda-beda dan itulah puisi, memiliki nilai universal. Bacalah:

Puisi Gol A Gong: Aku Ingin Melupakanmu

Kekecewaan kepada seseorang, kepada para perimpin atau kepada siapa saja yang pernah menjanjikan sesuatu yang membahagiakan, ternyata berujung pengkhianatan. Tuliskan jadi puisi:

AKU INGIN MELUPAKANMU

Setiap melihat lukisan itu, terkenang kita pernah melewatinya, di saat hujan. Petir merobek langit. Kita mengejar kenangan, tapi masa depan meninggalkan. Kita berlari menjauhi senja, fajar tak pernah muncul.

Aku ingin melupakanmu. Aku tak ingin lagi datang ke kotamu. Senyummu menusukku bersama kebohongan. Aku kedinginan, kau tertawa bermain salju. Aku menghitung usia, kau memakai baju pengantin.

Aku ingin melupakanmu. Seperti halnya melupakan pernah menciummu di selembar sajadah. (“)

*) Serang 11/3/2016

Puisi Gol A Gong: Mengalah Kepada Semut

Siasat perang! Sun Tzu, jenderal militer Cina pada zaman Sebelum Masehi. Dalam buku “The Art of War” bagi Sun Tzu perang sudah menjadi seni. The Art of War yang terdiri dari 7000 aksara yang ditulis di bilah-bilah bambu, kira-kira tahun 500 SM. Begitulah juga aku, bersiasat mengatasi politik dinasti di Banten dengan puisi. Bacalah:

MENGALAH KEPADA SEMUT

Setiap pagi matahari yang kutanam di halaman rumah mengalah kepada semut. Sinarnya yang terik, disembunyikan di balik batangnya, agar semut-semut yang sedang menggotong mayatmu tidak terbakar. Aku tak akan mampu melupakanmu.

Semut-semut itu berbisik kepadaku, berjanji akan menyimpan segala kenangan tentangmu di dalam ingatan. Aku mencari mickrofon untuk mengatakan kepada mereka; aku tak mencintaimu lagi.

*) Serang 11 April 2017

Puisi Gol A Gong: Pelangi Muncul Ketika Hujan Reda

Ketika kita marah, bersihkanlah hati kita dengan puisi. John F Kennedy – Presiden Amerika Serikat ke-35, yang menjabat sejak Januari 1961 sampai dibunuh bulan November 1963 mengatakan, “Jika politik kotor, puisilah yang membersihkannya.” Maka, bacalah puisiku ini:

PELANGI MUNCUL KETIKA HUJAN REDA 

Kuucapkan selamat terbakar kepada pepohonan, karena matahari yang kutanam di halaman rumah tumbuh membesar. Jangan kau anggap matahari memakan pagar, karena tanaman sudah kau pindahkan ke dalam katalog di perpustakaan. Kita tak pernah tahu usaha siput mengalahkan rusa di era tanpa batas ini. Jadilah sahabat iblis, kau pasti akan meraih kemenangan. Lukislah dalam kaligrafi, sehingga Tuhan menemukanmu.

Selamat kepada yang selalu sembahyang di pura, masjid, kelenteng dan pohon-pohon besar di puncak gunung. Aku tahu kau meminta, agar kedai kopi itu ditutup digantikan alamat-alamat palsu. Tak perlu mengirim cindera mata, karena mata hatimu sudah dicampur dengan bumbu-bumbu dari utara.

Aku ingin tertidur dan jangan kau bangunkan. Kecuali pelangi muncul ketika hujan reda. Angin bertiup sepoi. Kita duduk memangku sekoper kartu pos, yang Tuhan kirimkan dari seluruh alamat rumah para nabi.

*) Serang 14 April 2017

*) Foto-foto saat pesta puisi di Dinas Perpustakaan Kabupaten Berau

Puisi Gol A Gong: Tadi Malam

Masa lalu kadang indah untuk dikenang, tapi takut untuk diulangi. Ketika di masa kini, ita kadang tidak pernah berpikir, bahwa apa yang kita lakukan akan jadi kenangan di masa depan. Bacalah puisiku ini:

TADI MALAM

Matahari datang kepadaku tadi malam, membawakan pesan agar aku segera meninggalkanmu. Langit terbakar cemburu, karena bumi tak pernah lagi mengirimkan berita cuaca. Semua duduk di meja bundar, menghapus pelangi dari langit. Itu atas perintahmu, padahal anak-anak kita berharap bisa menari bersama hujan.

Tadi malam kutuliskan isi hatimu dengan darah. Berharap dokter datang tanpa membawa resep, karena kutahu banyak pasien miskin lebih membutuhkannya. Jadilah jalan setapak di hutan, membawa kebahagiaan ke telaga warna. Cahaya matahari memantulkan harapan di permukaannya. Aku duduk di tepian dengan senapan, menunggu angsa untuk menu makan malam.

*) Serang, 9/5/2017

Puisi Gol A Gong: Matahari di Dalam Impian

Puisi ini aku tulis ketika orang-orang sedang sibuk dengan Pilkada Banten. Bagiku, politik dinasti masih sangat kuat mengakar di Banten. Gelap. Begitulah yang aku rasakan dengan masa depan di Banten. Maka aku butuh: matahari. Bacalah puisiku ini:

MATAHARI DI DALAM IMPIAN

Matahari itu tidak seperti dalam impianku, bisa mengubah hujan jadi pelangi. Matahari itu mematikan daun hijau, tak lagi menghidupkan pucuk-pucuk padi petani.

Maka kutanam matahari di halaman rumah kita. Anak-anak masa depan tumbuh berlari bersama pagi yang hangat. Kueja setiap sinarnya dengan air sungai. Kutata dalam hidangan sore kopi pahit. Aku ukir senja di cakrawala untuk mengenangmu.

Matahari di halaman rumah kita tumbuh bersama bulan. Bintang bertaburan menemani mimpi kita. Sawah-sawah mulai menguning. Cerobong asap melahirkan harapan baru.

Matahari seperti itu tidak ada dalam impianku.

  • Serang, 1 Mei 2017
error

Enjoy this blog? Please spread the word :)