Cerpen Anak: Celengan Ayam Merah Karya Kaypana Rahman

Di sebuah pondok bermain, empat orang anak berkumpul mengelilingi satu anak yang sedang memegang sebuah buku.

“Ini seru banget ceritanya.” ucap Azril sambil menunjukkan sebuah buku cerita kepada teman-temannya.
“Emang seseru apa?” tanya Alan penasaran.
“Seru banget, pokoknya kalian harus coba baca buku ini! Aku dibeliin sama ibuku,” jawab Azril bersemangat.

“Aku nggak suka baca buku,” ucap Adnan datar.
“Azril, aku boleh pinjam nggak?” tanya Aksa, yang sejak tadi terlihat takjub dan penasaran.
“Enggak ah, nanti rusak! Kamu beli aja sendiri. Ini harganya seratus ribu, tau!” tolak Azril sambil memeluk bukunya erat-erat.

Aksa menghela napas sedih. Bagaimana bisa ia membeli buku itu? Uang jajannya saja tidak banyak.

“Semuanya, kita main bola yuk!” ajak Farhan.
“Yuk!” seru anak-anak lainnya serempak.

Namun, hanya Aksa yang tidak ikut. “Semuanya, aku pulang duluan ya.” pamit Aksa. Teman-temannya hanya mengangguk pelan.
Aksa turun dari pondok bermain dan melangkah lesu menuju rumahnya. Wajahnya murung, pikirannya masih tertuju pada buku yang sangat ia inginkan.

Dalam perjalanan, ia berpapasan dengan seorang pria paruh baya yang sedang membawa cangkul.
“Nak Aksa, kenapa raut wajahmu seperti itu?” tanya pria itu, Kakek Ridi.
“Eh, Kakek Ridi? Gak apa-apa. Aksa cuma sedikit sedih.” jawab Aksa pelan.
“Sedih kenapa? Sini cerita, Kakek dengarkan.” ujar Kakek Ridi sambil berjalan sejajar dengan Aksa.
“Tadi Azril nunjukin buku yang katanya seru banget, Kek. Tapi dia gak mau pinjamin. Dia suruh beli sendiri, tapi Aksa nggak punya uang sebanyak itu. Cuma cukup buat jajan.” jelas Aksa dengan raut wajah sedih.

Kakek Ridi tersenyum kecil. “Sini ikut Kakek.”
“Ke mana, Kek?” tanya Aksa penasaran.
Tanpa menjawab, Kakek Ridi mengajak Aksa berjalan ke arah yang berbeda. Tak butuh waktu lama. Mereka pun sampai di sebuah warung kecil.
Aksa menebak, “Kakek mau jajanin Aksa?”
Namun Kakek Ridi hanya mengambil celengan ayam merah dari warung itu. “Ini berapa, Mbak Marni?”
“Lima ribu.” jawab sang penjual.
Kakek Ridi membayar dan keluar dari warung, lalu menyerahkan celengan ayam merah itu kepada Aksa.

“Eh, Aksa kira mau dijajanin, kok malah dikasih celengan?” tanya Aksa bingung.
“Aksa mau beli buku itu, kan? Nah, menabunglah.” jawab Kakek Ridi bijak.
Aksa menatap celengan itu, lalu tersenyum. “Terima kasih, Kakek Ridi!”
“Semangat menabungnya ya! Jangan jajan terus. Sekarang Kakek ke sawah dulu, kamu pulang ke rumah ya. ” kata Kakek Ridi sambil berlalu.

oOo

Di rumah, Aksa langsung menunjukkan celengan ayam merahnya kepada Ibunya, Ningsih.
“Eh Aksa, tumben pulang cepat? Itu celengan?” tanya Ibu heran.
“Tadi Kakek Ridi beliin Aksa celengan buat menabung, Bu. Aksa pengen beli buku yang ditunjukin Azril.” jawab Aksa.

Ningsih tersenyum lalu mengusap kepala Aksa. Ia memberikan selembar uang lima ribu. “Sisakan juga untuk ditabung ya.”
Aksa berbinar. “Makasih Bu! Kali ini Aksa enggak jajan dulu. Aksa mau nabung aja!” katanya sambil memasukkan uang itu ke dalam celengan ayam merah.

oOo

Hari demi hari, Aksa terus menabung. Ia menyisihkan uang jajannya setiap hari, kadang dua ribu, kadang lima ribu. Terkadang godaan jajanan membuatnya lupa, tapi Aksa selalu ingat tujuannya yaitu membeli buku.

Pernah suatu hari Aksa tidak bisa menahan dirinya untuk tidak jajan. Ia pun menghabiskan uang jajannya hari itu dan tidak menyisakan sepeser pun untuk ditabung. Ujung-ujungnya, dia pun menyesal.
Akhirnya, setelah satu bulan lebih, Aksa merasa tabungannya sudah cukup. Ia membongkar celengan ayam merahnya bersama sang ibu.

Lembar demi lembar uang ia keluarkan dan hitung. Hasilnya, 102 ribu rupiah.
“Ibu, Aksa berhasil!” seru Aksa sambil memeluk ibunya.

oOo


Aksa dan ibunya pergi ke toko buku. Aksa langsung mengelilingi rak buku untuk mencarinya. Aksa pun menemukan buku yang diinginkannya. Buku tersebut berjudul “Petualangan di Negeri Ajaib” dengan harga seratus ribu. Setelah membayar, di luar toko buku, Aksa melompat-lompat riang.

“Akhirnya Aksa bisa baca bukunya!” seru Aksa dengan antusias. Ningsih yang melihatnya pun tersenyum, baru kali ini Ningsih melihat anak putranya sangat bahagia.
“Ibu, Aksa mau ke rumah Kakek Ridi dulu ya!”
“Ya sudah, hati-hati.” jawab ibunya lembut. Mereka pun berpisah jalan.

Aksa sampai di rumah Kakek Ridi, bertepatan dengan Kakek Ridi yang keluar dari rumahnya. Segera Aksa berlari menghampiri Kakek Ridi.
“Terima kasih, Kek! Berkat celengan ayam merah dari Kakek, Aksa bisa beli buku ini!” kata Aksa sambil menunjukkan bukunya.
Kakek Ridi tersenyum haru. “Aksa hebat sudah berhasil menabung.”

oOo

Di rumah, Aksa membaca buku itu dengan penuh semangat. Ia tertawa, terdiam, bahkan terharu saat membaca cerita di dalamnya. Kini ia tahu, buku itu memang luar biasa. Aksa merasa memasuki dan ikut berpetualang di dunia dalam cerita buku tersebut.

Satu bulan lebih Aksa telah menunggu, merelakan uang jajannya, dan menunda bahagianya. Akhirnya Aksa mendapatkan hasil dari kesabarannya.

Aksa bahagia dan bangga, karena Ia berhasil membeli buku dengan usahanya sendiri.
Setelah ini, Aksa bertekad akan terus menabung. Ia akan membeli celengan ayam merah yang baru, dan menyimpan celengan ayam merah lamanya yang pertama sebagai kenang-kenangan yang penuh makna.

oOo

TENTANG PENULIS: Kaypana Rahman, memiliki nama pena Asa Kyas. Lahir di Bogor pada 22 Maret 2011. Gemar membaca, menulis puisi, kata-kata, dan cerita.

CERPEN ANAK: Tayang dua mingguan Setiap Sabtu, bergantian dengan CERPEN SABTU. Penulisnya khusus untuk anak-anak usia SD dan SMP; dia bisa saja anak kita, keponakan kita, muid-murid kita di sekolah atau cucu kita. Panjang cerpen anak cukup antara 500 – 1000 kata. Redaksi menyediakan honorarium Rp 100.000,- Sertakan foto diri, bio narasi singkat, nomor rekening bank, gambar atau 3-4 ilustrasi yang mendukung – boleh lukisan karya sendiri atau ChatGPT. Kirim ke email golagongkreatif@gmail.com dan gongtravelling@gmail.com dengan subjek Cerpen Anak. Ayo, ditunggu. Silakan dikirim. Kalau mau baca cerpen anak yang sudah tayang, klik gambar di bawah ini ya:

Artikel yang Direkomendasikan

4 Komentar

  1. Ceritanya penuh inspirasi. Sangat edukasi ❤️👍

  2. Semangat terus menulis cerpennya ya. Perbanyak membaca biar dapat referensi kata-kata dan ilmu. Sukses selalu buat Asa Kyas

  3. gaya bahasa cukup sederhana, meski alur cerita akhir mudah ditebak namun memberi pesan bahwa apapun keinginan kita dapat terwujud jika kita niat dan disiplin…

  4. cerpenya seru dan sangat inspiratif ……

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://www.instagram.com/golagongkreatif?igsh=MXVlZDR5ODlwd3NsdQ==