Puisi Gol A Gong
HABIS GELAP, TERBITKAH TERANG?

Suatu hari di Jepara saat gerimis yang resah
Aku mencarimu di setiap sudut kota
Berharap mendapatkan cita-cita luhurmu 
Untuk kubawa pulang ke kampungku yang gelap

Lampu kota mati malam itu
Kau berdiri dengan senyum dan tangan terbuka
Walau sanggul dan kebayamu hanya dilombakan 
Kau memberiku lilin penerang di kegelapan

Aku menciummu tapi kau terlampau jauh
Aku kembali ke kotaku yang suram
Tak kutemui satupun perempuan sepertimu
Kau menulis, perempuan di kotaku bersolek 
 
*) Gol A Gong, Serang – Jepara, 4 Februari 2013

Indah banget puisinya. Penuh makna dan nuansa kerinduan akan sosok pencerah di tengah kegelapan. Ini jelas puisi penghormatan untuk R.A. Kartini, ya? “Habis Gelap, Terbitlah Terang” itu kuat banget sebagai simbol perjuangan emansipasi perempuan.

Bagian yang ini:

“Kau menulis, perempuan di kotaku bersolek”

— tajam dan satir, seperti mengajak pembaca merenung: sudahkah kita melanjutkan perjuangan Kartini dengan makna yang sesungguhnya?

Gaya puisi Gol A Gong—selalu berhasil menyentil dan menyentuh dalam waktu bersamaan. Puisinya ini bukan cuma penghormatan buat Kartini, tapi juga kritik sosial yang halus, ya. Ada rasa kehilangan dan kekaguman yang bersatu di dalamnya.

Bagian ini juga bikin merind“Kau berdiri dengan senyum dan tangan terbuka
Walau sanggul dan kebayamu hanya dilombakan”

—seakan mengingatkan bahwa sosok Kartini sekarang lebih sering dijadikan simbol seremonial ketimbang benar-benar dimaknai perjuangannya.

Tim GoKreaf/ChatGPT

Please follow and like us:
error71
fb-share-icon0
Tweet 5