Saat Hidup Hanya Ingin Dijalani, Bukan Diperjuangkan, Resensi Novel Gadis Minimarket

Oleh: Asih Purwanti 

Apa jadinya jika seorang perempuan merasa lebih “hidup” ketika bekerja di sebuah minimarket ketimbang menjalani hidup sebagaimana mestinya, menikah, memiliki anak atau memiliki karir yang mapan, lalu hadir di acara reuni sekolah dengan cerita-cerita yang membanggakan?

Sayaka Murata, melalui novel Gadis Minimarket, menuturkan kisah Keiko Furukura seorang perempuan berusia 36 tahun yang telah bekerja paruh waktu di sebuah minimarket selama hampir dua dekade. 

Bagi sebagian orang, pekerjaan semacam itu hanyalah batu loncatan. Namun bagi Keiko, minimarket adalah tempat dimana dia bisa berfungsi sebagai manusia. Di sanalah dia bisa meniru gerak-gerik sosial, melalui buku panduan menjadi pegawai yang dimilikinya itu dia merespons situasi dengan pola baku, dan menjalani hidup tanpa perlu menjelaskan mengapa dirinya tak bisa menjadi normal.

Sejak kecil, Keiko memang menyadari bahwa dirinya berbeda. Ketika anak-anak lain menangis karena kehilangan, ia justru bingung. Ketika teman-temannya menangisi burung pipit yang mati, ia dengan polosnya menyarankan untuk memasak burung itu untuk dijadikan yakitori, karena ayahnya menyukainya. 

Disamping itu, ketika Keiko masuk sekolah dasar, saat guru perempuannya histeris dan berteriak-teriak di ruang kelas sambil memukul-mukul meja guru dengan buku absen, dan murid-murid mulai menangis, Keiko malah berinisiatif menarik rok dan celana guru itu agar berhenti memukul-mukul meja. 

Keanehan demi keanehan membuat orang tuanya khawatir, membuat gurunya bingung, dan membuat dunia menarik garis batas, bahwa Keiko adalah keganjilan yang harus segera dinormalisasi.

Namun Keiko tak merasa ada yang salah pada dirinya. Dunia sosial yang sibuk menuntut keseragaman justru membuatnya lelah. Minimarket Smile Mart Stasiun Hiiromachi menjadi tempat yang pada mulanya adalah pekerjaan paruh waktunya di sela-sela aktivitas kuliah kini menjadi pekerjaan tetapnya. Di minimarket itulah Keiko menjadi “manual hidup” yang membuat segala sesuatu dapat diprediksi. 

Aku sendiri tak paham kenapa harus kerja di minimarket, bukan mencari pekerjaan tetap yang layak. Yang kutahu, aku bisa menjadi pegawai toko berkat adanya buku panduan yang sempurna, dan tanpa panduan itu aku tak tahu bagaimana caranya menjadi manusia normal. (Hal. 26). 

Ada sistem, ada instruksi, ada seragam, ada sapaan yang harus dihafal. Dunia kecil itu jauh lebih masuk akal daripada kehidupan yang diatur oleh ekspektasi sosial yang tak terucap namun selalu mengintimidasi. 

Ketika ada sesuatu yang dianggap aneh, semua orang tanpa sungkan merasa berhak untuk ikut campur dan mereka berusaha mengungkap alasannya. Buatku itu menyusahkan, arogan dan mengganggu. Adakalanya aku ingin memukul dan menghentikan mereka dengan sekop, seperti yang pernah kulakukan saat SD. (Hal. 59). 

Lewat novel ini, Sayaka Murata dengan cermat menggugat tatanan sosial yang kerap memaksakan definisi manusia ideal. Bahwa perempuan dewasa seharusnya menikah, memiliki anak, memiliki karir yang cemerlang. 

Sedangkan pekerjaan paruh waktu tak cukup bernilai. Manusia harus terus bergerak naik dalam tangga sosial, tak peduli apakah langkah itu membuat mereka sengsara atau sebaliknya. Novel ini menyodorkan ironi, mengapa kebahagiaan seseorang bisa terasa begitu salah, hanya karena tak sesuai dengan rumus umum?

Karakter Keiko digambarkan dengan datar, nyaris tanpa emosi, namun justru di situlah letak kekuatannya. Kita tidak diajak untuk mencintai Keiko, melainkan memahami bahwa dunia tak selalu hitam dan putih. 

Dia bukan tokoh yang mudah didekati, tetapi dari ketidakwajarannya, kita belajar bahwa menjadi manusia bukan tentang menjadi normal, melainkan menjadi jujur terhadap diri sendiri.

Di paruh akhir novel, muncul tokoh Shiraha, seorang laki-laki pengangguran dengan pemikiran misoginis. Ia menjadi cerminan dari seseorang yang ingin melarikan diri dari tekanan sosial, namun alih-alih memperbaiki diri, dia justru menyalahkan tatanan patriarki sambil tetap bergelayut padanya. 

Hubungan palsu antara Keiko dan Shiraha menjadi eksperimen sosial yang ganjil sekaligus menohok, mungkinkah dua orang yang dikucilkan bisa menyatu demi membungkam mulut masyarakat?

Novel Gadis Minimarket bukan sekadar kisah tentang pegawai toko dan hidupnya yang sepi. Dia adalah kritik halus namun tajam terhadap konstruksi sosial yang kaku. Dia mempertanyakan ulang konsep fungsi manusia dan kebermaknaan hidup. 

Dalam 160-an halaman yang ringkas, Sayaka Murata tak hanya menulis novel, tapi juga menyodorkan cermin bagi siapa saja yang pernah merasa tidak cukup berhasil hanya karena menjalani hidup di jalur yang tak lazim.

“Membaca Gadis Minimarket membuat saya merenung, berapa banyak dari kita yang sebenarnya ingin hidup sederhana, tapi terpaksa berpura-pura hebat hanya karena takut dihakimi?” Di tengah dunia yang terus meneriakkan kesuksesan dalam bentuk gelar, karier, dan pasangan hidup. Keiko Furukura mengajarkan bahwa terkadang, yang kita butuhkan hanyalah ruang kecil di mana kita bisa bernapas dengan tenang meski itu hanyalah sebuah minimarket.

Judul: Gadis Minimarket

Penulis: Sayaka Murata

Penerjemah: Ninuk Sulistyawati

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman: 160 halaman

Tahun Terbit: 2016

Genre: Fiksi Sastra / Slice of Life

,

Rating Pribadi: (4,5/5)

Penulis tinggal di Kuningan, karya-karyanya berupa cerpen, artikel, dan ulasan buku tersebar di media daring seperti idntimes, yoursay.id, dan magrib.id.

RAK BUKU  adalah resensi buku. Upayakan tulisannya membangun suasana lokasi membaca, personal literatur. Boleh juga menulis seperti catatan perjalanan. Panjang tulisan 500 hingga 1000 kata. Honor Rp100 ribu. Sertakan foto diri, bio narasi singkat, identitas buku, nomor WA, rekening bank, foto-foto cover buku, penulisnya sedang membaca bukunya. Kirim ke email golagongkreatif@gmail.com dan gongtravelling@gmail.com dengan subjek: Rak Buku

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

https://www.instagram.com/golagongkreatif?igsh=MXVlZDR5ODlwd3NsdQ==