Ia terlihat tidak begitu menyedihkan sekarang. Padahal beberapa detik sebelumnya, ia sedang sedih lantaran gebetannya adalah pacar dari mantannya. Cerita yang cocok dijadikan judul sinetron.
Cerpen Sabtu: Penangkal Dewi Fortuna

Menulis Online, Menangkal Hoaks
Ia terlihat tidak begitu menyedihkan sekarang. Padahal beberapa detik sebelumnya, ia sedang sedih lantaran gebetannya adalah pacar dari mantannya. Cerita yang cocok dijadikan judul sinetron.
Media online golagongkreatif dot com mulai bergulir pada saat Pandemi Covid-19, Mei 2020. Sudah 4 tahun. Semoga tetap bertahan dan makin banyak sponsor atau donatur.
Dalam konteks di atas, saya bersyukur diberi anugerah untuk mencintai buku-buku.
Buku apapun itu, tanpa peduli bentuk dan genrenya. Sejak kecil, buku selalu berhasil memikat
dan membuat saya terpukau. Tidak hanya isi, pengarang, atau sampulnya, saya juga sering
terpesona dengan aroma kertas -apalagi buku lawas-, sejarah, hingga segala hal yang
berkaitan dengan buku.
Pada awalnya Silvester Petara Hurit memberikan kesempatan kepada Arief Yudi untuk menjelaskan maksud dari FGD kali ini. Namun Arief Yudi lebih memilih untuk banyak mendengar cerita dari komunitas yang hadir.
Suatu pagi ketika Kang Wasmad bangun dari tidur ingin melaksanakan salat subuh, peci yang biasa ia pakai bahkan saat tidur tiba-tiba menghilang tanpa bekas sehelai benang pun. Kang Wasmad pun panik tidak karuan, mencari di segenap sudut rumahnya, sampai seluruh desa ia kuliti tapi tidak menemukan peci pemberian gurunya tersebut.
Cerpen Sabtu dibanjiri penulis. Ada yang seenaknya menulis tanpa mengindahkan persyatan yang 500-1000, ada yang ingin sesegar mungkin ditayangkan, ada pula yang menarik lagi cerpennya karena menganggap terlalu lama jawaban pastinya. Saya mohon maaf atas keterlambatannya. Tetap semangat. Jangan kapok menulis Cerpen Sabtu untuk GolagongKreatif dot com.
Diam-diam lelaki tua mengamati dengan teramat tajam dalam hening yang luar biasa, serupa pengintaian kaum buaya. Lelaki itu menarik napas kuat-kuat, tangan dikepalnya. “Betul-betul sudah saatnya. Abok, tulunglah anakmu!”
Ini hari ketiga Nawar menghilang. Semua warga ikut mencari dan meminta Pak Lurah untuk melapor ke polisi supaya Nawar ditemukan dan bisa membantu mereka melihat peristiwa yang bakal terjadi.