Admin Oleh: Muhzen Den
Ruang terbuka hijau bagi sebuah daerah, baik itu kota, kabupaten, maupun provinsi merupakan harta karun berharga bagi kehidupan masyarakatnya. Sebab, ruang penghijauan itu akan memberikan rasa segar, nyaman, dan tenang bagi segenap warga masyarakat dari sumpeknya rutinitas kerja maupun hiruk-pikuk industri.
Tempat-tempat wisata berupa pegunungan, pantai, taman kota, maupun ruang terbuka lainnya, dapat memberikan energi positif bagi penghuni yang menetap atau menikmatinya. Saya hampir sembilan tahun tinggal di Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sebagai perantau yang menemukan jodoh di sana, sangat beruntung dapat menikmati ruang terbuka hijau seperti “Kebon Kembang.”
Nama “kebon” pada sebuah hutan buatan atau daerah konservasi lingkungan pertanian dengan disempatkan kata “kembang” agar mudah dipahami masyarakatnya. Istilahnya, orang-orang kampung lebih akrab menyebut daerah itu dengan Kebon Kembang karena terbiasa hidup di lingkungan sawah dan kebun dulunya. Akan tetapi, dengan perkembangan zaman, sebuah RTH di tengah-tengah kota merupakan keniscayaan. Apalagi Karawang terkenal dengan kawasan industri, beruntung memiliki daerah hijau yang masih dimanfaatkan oleh masyarakatnya.
Kebon Kembang memang bukan sembarang kebun. Namun, sebuah hutan buatan atau penelitian yang dibuat oleh Kementerian Pertanian sebagai lahan konservasi hijau. Mungkin hutan ini sudah hampir berpuluh-puluh tahun ada sampai sekarang.
Jika kalian berkunjung ke Karawang atau khususnya Cikampek, jangan lupa berkunjung ke Kebon Kembang. Kita akan dibuat takjub dengan pohon-pohon besar yang berusia puluhan tahun dengan suasana asri dan sejuk.
Kalian tidak akan menyangka jika itu ada di daerah Cikampek yang notabene kawasan gersang karena termasuk Kabupaten Karawang wilayah pesisir utara Jawa Barat. Namun, ketika kita masuk di Kebon Kembang, akan terbayang daerah selatan Jawa Barat yang dekat dengan pegunungan, seperti Puncak Bogor, Cianjur, Lembang Bandung, maupun daerah lainnya.
Sebuah anugerah bagi warga Karawang pada umumnya dan Cikampek pada khususnya memiliki daerah hijau tersebut. Meski sebenarnya, Kebon Kembang juga menjadi jalur alternatif antara Karawang dengan Purwakarta. Saban hari, terutama pada hari-hari libur akan ramai pengunjung maupun pedagang asongan memadati jalan alternatif tersebut.
Hal sangat disayangkan dari padatnya Kebon Kembang adalah tampak sampah-sampah berserakan dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Hampir di pinggir-pinggir jalannya, ada saja sekantong plastik berisi sampah ataupun sekarung sampah. Ini menandakan kesadaran masyarakatnya kurang terhadap kebersihan.
Selain itu, meskipun sudah ada larangan membuang sampah sembarang, bahkan sudah ada pagar-pagar hijau pembatas antara jalan dan hutan, tapi masih saja para pedagang memangkal di sana. Padahal, jika Kebon Kembang sepi dari hiruk-pikuk perdagangan, akan tampak lebih asri dan syahdu. Bahkan, bagus untuk olahraga joging, senam, foto shoot pre-wedding, dan lainnya.
Ya, uniknya orang-orang kita terhadap peraturan memang kurang dipahami. Di satu sisi agar lingkungan hijau tetap asri dan sejuk. Tapi, di sisi lain, mereka merasa tersingkirkan dengan aturan itu. Di Kebon Kembang sudah ada relokasi untuk para pedagang asongan, tapi mereka tetap memilih pinggir jalan jadi tempat untuk berjualan. Karena itu, kemacetan dan kesumpekan kendaraan beserta orang-orang bersatu di sana.
Kemudian di Kebon Kembang juga terdapat segerombolan hewan monyet ekor panjang yang menghuni hutan buatan tersebut. Dengan begitu, ini menambah keseruan para pengunjung selain olahraga atau refreshing, juga memberi makan monyet-monyet itu. Sebagai penikmat alam hijau, harapannya Kebon Kembang ini tetap diperhatikan keasriannya dan terhindar dari sampah-sampah berserakan serta pedagang sehingga wisata alam gratis miliki Cikampek, Kabupaten Karawang, ini tetap terjaga.
