Sebelum mencuci, kebiasaanku selalu memeriksa isi kantong. Aku merogoh saku kemeja dinas suamiku yang menggantung di kapstok. Ada selembar kertas – tepatnya sebuah halaman buku tulis anak sekolah yang dirobek sembarangan. Ketika kubaca: Akang belum mengirim uang bulan ini. Kapan dikirim?
Ini soal apa? Siapa yang menulis? Berani-beraninya yang menulis surat sialan ini menyebut “Akang” kepada suamiku! Hanya aku yang berhak memanggil suamiku “Akang”. Huh! Berani-beraninya juga suamiku berselingkuh dengan wanita lain!
“Akaaaaang!” Belum ada jawaban. Aku duduk di tempat tidur. Aku baca lagi surat yang membuat pikiranku berantakan!
“Iyaaaa! Sebentar!” terdengar jawaban suamiku dari ruang tengah.
