Medan, 20 Juni 2025 — Dalam rangka memperingati ulang tahun ke-2, Perpustakaan Universitas Prima Indonesia (UNPRI) menggelar seminar bertajuk “Strategi Pustakawan Membangun Jenama Pribadi Perpustakaan di Era Digital”, Jumat (20/6), bertempat di Hall Utama kampus UNPRI.
Seminar ini menghadirkan Kepala Perpustakaan Nasional RI, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., dan Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, sebagai narasumber, serta dimoderatori oleh Dr. Dian Syahfitri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNPRI.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Utara, Desni Maharani Saragih, S.STP, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam upaya peningkatan minat baca di Sumut. Ia menyebut tema seminar sebagai langkah yang visioner, mengingat tantangan perpustakaan dan pustakawan kini semakin kompleks.
“Personal branding pustakawan menjadi sangat penting. Pustakawan masa kini harus mampu tampil sebagai representasi dari institusi perpustakaan—aktif di media sosial, menyebarkan informasi, dan menciptakan citra positif di mata publik,” ujarnya.


Ia juga menekankan bahwa Perpustakaan UNPRI harus menjadi motor penggerak budaya baca di lingkungan kampus dan masyarakat. “Dengan dukungan berbagai pihak, perpustakaan bisa menciptakan ekosistem literasi yang unggul dan berkelanjutan,” tambahnya.
Dalam sambutannya, Prof. Aminudin Aziz mengucapkan selamat ulang tahun kepada Perpustakaan UNPRI dan mengapresiasi kontribusinya dalam pengembangan literasi akademik. Ia juga menyoroti bahwa UNPRI memiliki 51 program studi, potensi besar untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat pengetahuan yang dinamis.

Prof. Aminudin mengajak peserta untuk mendefinisikan ulang makna perpustakaan di era digital. “Perpustakaan kini harus dilihat sebagai ruang kreativitas tanpa batas, tempat bagi calon ilmuwan mengembangkan ilmu, dan ruang klarifikasi atas hoaks—karena perpustakaan menyediakan data dan sumber informasi yang valid,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya membangun jenama pustakawan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik, sesuai dengan KBBI.

Dalam sesi materi, ia membagikan pengalaman masa kecilnya yang kekurangan akses buku anak-anak, serta mengangkat pentingnya pelestarian naskah kuno Nusantara yang masih tersebar dan belum distandardisasi. Ia juga menyoroti stigma negatif terhadap profesi pustakawan, yang sering dianggap kurang kreatif dan tidak menjanjikan. Untuk mengubahnya, menurut Prof. Aminudin, pustakawan harus mulai dari hal sederhana seperti menciptakan logo yang mudah dikenali dan menghadirkan tokoh pustakawan yang inspiratif.

Sementara itu, Gol A Gong memperkenalkan konsep “5 Pilar Pustakawan”, yang mencakup:
- Gedung — Ruang perpustakaan yang nyaman dan inspiratif
- SDM — Pustakawan sebagai agen perubahan
- Program — Literasi yang berkelanjutan
- Promosi/Publikasi — Strategi komunikasi yang aktif
- Jejaring — Kolaborasi lintas lembaga untuk memperkuat dampak
“Perpustakaan bukan sekadar tempat menyimpan buku, tapi ruang hidup yang membentuk peradaban,” tegasnya.

Seminar ini menjadi bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-2 Perpustakaan UNPRI, yang sekaligus menegaskan komitmen universitas dalam memperkuat budaya baca dan ekosistem literasi digital.



