Puisi Esai Gen Z: Petaka di Bilik Santri Karya Zulfa Wafirotul Khusna

Pemimpin pesantren, Moh. Sahnan alias MS (51), ditangkap anggota Satreskrim Polres Sumenep pada Selasa (10/6/2024), setelah melarikan diri ke wilayah Situbondo, Jawa Timur. Sebanyak 13 perempuan mengaku mengalami kekerasan seksual yang diduga dilakukan oleh pemilik sekaligus pengurus salah satu pondok pesantren di Pulau Kangean, Sumenep, Jawa Timur. Kuasa hukum para korban, Salamet Riadi, mengatakan mereka mengalami kekerasan seksual saat menjadi santri di pesantren sekitar 2016-2024. Rata-rata para korban mengalami kekerasan lebih dari satu kali. )

Aku membuka room chat di WhattApp alumni pondok pesantren
sambil membenarkan jilbab yang melorot ke depan.
Hatiku tersayat tanpa belati,
Bahuku bergetar menahan tangis,

Airmataku menggenangi pelupuk pipi, Membaca setiap kata yang mengiris ulu hati.
“Tokoh agama yang seharusnya menjadi panutan justru melakukan pelecehan.”
Itu lah headline yang tertulis dalam huruf bold yang tebali.

Di Ndalem, tepatnya di kamar, seorang pemuka agama dengan modus menyuruh santrinya mengantar minuman. Setelah itu, melakukan aksi bejatnya dengan keji, Doktrin pemuka agama ditelan mentah-mentah oleh santri,

Kami ketakutan dan hilang arah,
Suara kami dibungkam dengan ancaman,
Fisik dan mental kami dibabat habis-habisan tanpa belas kasihan

Kami dilecehkan selama bertahun-tahun
Wejangan yang mengatasnamakan agama
membelit kami dalam kesengsaraan selama bertahun-tahun.

Masih teringat kejadian di mana aku dimintai tolong memberikan air minum dan aku dilecehkan secara paksa. Aku kembali dari kamar itu dengan berjalan menunduk.

Aku juga ingin keadilan,
Tapi yang kudapat hanya kesedihan,
Pemuka agama itu masih bisa hidup dengan tenang,
Sedang, aku dipaksa bungkam selama bertahun-tahun,
Aku membungkam luka dengan senyum palsu
Menelan trauma yang merampas kewarganegaraan
Karena, bagi mereka kekerasan adalah aib apalagi bagi kaum perempuan,

Tiba-tiba Ibu datang hendak memberikan makan malam, tanpa sengaja membaca isi percakapan yang membuatnya badannya melemah sampai jatuh ke lantai yang dingin. Matanya memerah, “Apakah ini benar? Mengapa kamu diam?”

Aku mencoba mendekap Ibu dengan erat. “Maaf Ibu, aku tak sanggup menceritakan waktu itu,” ujarku terbata-bata. Luka lama di pondok pesantren kini menganga dan ini yang aku takutkan kesehatan ibuku selepas mendengar kabar buruk ini.

Ibu syok berat, bahunya masih bergetar hebat, tangannya melemas. Aku membantunya duduk dan membaringkannya di kasur.

Ibu menatapku dengan air mata yang menggenangi pipi. Aku mendekat, tangan Ibu merapayap mengelus pundakku dengan hangat. “Maaf karena Ibu tidak bisa membantumu kala itu,” ujarnya merasa gagal menjaga putrinya.

Aku menyeka air mata Ibu. “Ibu tidak salah, dia yang salah karena menjadikan jabatan pemuka agama sebagai alat untuk melecehkan.

“Kita harus melaporkan tindak kekerasan ini Ratih,” ujar Ibu sambil berusaha untuk duduk.

Aku mengangguk pasti. “Iya, Bu. Besok kita pergi ke pihak berwajib.” Mata ku berbinar dengan harapan agar kasus diusut tuntas dan tidak akan lagi korban.

Kekerasan seksual bisa terjadi di mana saja,
termasuk di lingkungan pendidikan seperti pondok pesantren,
Norma bisa menjadi pedang bermata dua,
Disatu sisi melindungi korban,
Namun, disisi lain menyiksa korban dengan kekuasaan.

Agama tidak salah, tapi orang di agama itu yang hilang arah,
Jaga diri dari setiap situasi sulit,
Jangan takut untuk mengungkapkan kebenaran,
Karena perempuan butuh perlindungan bukan kekerasan.

oOo

Referensi:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c93y3x2l3qeo

TENTANG PENULIS: Zulfa Wafirotul Khusna, lahir di Jepara, 6 Agustus 2005. Mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Menulis adalah menuangkan segala perasaan dan pikiran. Penulis 35 buku antologi dan 1 naskah solo berjudul “Zii untuk Zio” Saat ini, penulis berdomisili di kota Jepara. Ia bisa dihubungi lewat media instagram @zuna_wa atau email khusnazulfa88@gmail.com.

oOo

PUISI ESAI GEN Z: Puisi Esai Gen Baru ini puisi esai mini 500 kata khusus untuk Gen Z dan Gen Alpha. Disarankan tema-temanya yang relate seperti bully, mental health, patah hati, broken home, sex bebas, dan narkoba. Bagaimana kalau lingkungan, politik, atau kritik sosial ke penguasa? Boleh saja asalkan ada fakta dan sertakan link beritanya. Tuliskan 500 kata. Sertakan bionarasi maksimal 5 kalimat, 2 foto penulis dan 2 ilustrasi AI yang mendukung puisi esainya. Kirimkan ke golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: Puisi Esai Gen Baru. Ada honorarium Rp 300 ribu dari Denny JA Foundation bagi yang puisi esainya tayang. Jangan lupa sertakan nomor rekening bank. Jika ingin membaca Puisi Esai Gen Z yang sudah tayang klik gambar di bawah ini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *