Selamat ulang tahun ke-80, wahai ibu pertiwi. Sudah tua. Jangan mati dulu. TErus bertahan. Sumber daya alam kita melimpah. Itu mencukupi untuk anak-cucu kelak.
Wong Cilik Sudah Merdeka?

Menulis Online, Menangkal Hoaks
Wawasan berpikir

Selamat ulang tahun ke-80, wahai ibu pertiwi. Sudah tua. Jangan mati dulu. TErus bertahan. Sumber daya alam kita melimpah. Itu mencukupi untuk anak-cucu kelak.

Saya akui, bisa sukses sepertu sekarang ini karena support dari semua orang. Terima kasih kepada semua yang selalu dengan hangat mengulurkan dukungan kepada saya. Kolaborasi yang sangat efektif dan produktif .

Ruang kerja seperti apa yang kamu impikan? Kalau saya ada banyak buku referensi untuk menulis. Perpustakaan pribadi. Rasanya seperti ditemani banyak penulis ketiksa aku sedang menulis. Semoga ada buku karyamu di ruang kerjaku

Saya meyakini bahwa kita semua mulai menyadari bahwa membaca-menulis itu mulai digandrungi. Kita bisa melihat trendnya sedang menanjak.

Era digital bagai buah simalakama. Dimakan, kepala pusing. Tidak dimakan, perut keroncongan. Apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua melihat Gen Z-Alpha dibelit digital?

Saya yang sudah mendatangi kota-kota dari Sabang hingga Merauke, percayalah, korupsi dari rezim dinasti yang membuat Banten secara umum (minus Tangerang) dan Kota Serang, Cilegon, dan Pandeglang tertinggal jauh. Ingin tahu ledekan orang-orang tentang Kota Serang (Banten) ? Adalah: kecamatan yang besar.

Di kawasan candi Borobudur, Magelang, tanpa melihat nama hotelnya, saya check-in. Ketika diberitahu tarifnya Rp 7 juta/malam, saya nyengir kuda. Sudah terlanjur check in, sekalian norak saja, saya berterus terang cuma punya dana Rp 3 juta. Ternyata tidak ada. Saya meminta maaf dan ngeloyor pergi. Hah! Salah masuk saya!

Nah, setelah pesta demokrasi usai, ternyata ada yang merasa belum selesai: ijazah Jokowi! Ketika semua orang ribut soal ijazah Jokowi palsu bahkan Roy Suryo begitu gigih membuktikannya, kenapa tidak juga ke Megawati dan PDI-P yang mengusungnya sejak awal? Tidak mungkin kan Megawati, Hasto, Adrian, dan PDI-P tidak mengetahui ini? Kenapa hanya Jokowi pribadi yang disalahkan? Konspirasi?

Saya menyaksikan langsung dari Sabang sampai Merauke, bagaimana sesama penulis (saya tidak menyebut sastrawan) saling nyinyir, saling menjatuhkan, saling hina, kadang perilakunya seperti preman. Ternyata buku yang dibaca tidak menjadikannya jadi contoh yang baik di keseharian. Pada akhirya, calon pembaca (terutama Gen Z dan Gen Alpha) tidak sempat kita raih. Selebihnya, kita harus bercermin, jangan selalu mengeluh.

Ketika mulai memutuskan jadi penulis dan wartawan di Kelompok Kompas Gramedia, secara naluriah aku jadi tahu ketika menulis sebuah karya pernah ditulis orang atau tidak. Aku melakukan pemetaan. Soalnya jika aku menjiplak karya orang, akan sangat sulit bagiku membantah karena orang-orang dengan mudah menuduhku sebagai pembaca. Sangat sulit untyuk berkelit dengan mengatakan “aku belum pernah membacanya”. Aku lebih suka karyaku dicaci-maki sebagai karya sampah (selalu ada kompos di setiap sampah) ketimbang dituduh menjiplak.