Itu sebab ketika aku menikah, sudah aku siapkan tanah seluas 200 meter persegi di Kompek Hegar Alam, Kampung Ciloang, Kota Serang. Aku membiarkan istriku membangun rumah impiannya untuk anak-anak kami.

Kemudian kami membebaskan tanah di belakang rumah seluas 1000 meter persegi. Dananya aku peroleh dari royalti nove-novelku seperti Balada Si Roy, Pada-Mu Aku Bersimpuh, dan Al Bahri.

Di halaman belakang itulah kami membangun taman bermain bagi keempat anak kami. Aku tanami pohon mangga, jambu, sirsak, pisang, alpukat, jambu bol, serta tanaman apotek hidup seperti laos, suji, salam, sereh, handeuleum, pandan, jeruk nipis, cincau, kelor, dan binahong.

Di halaman belakang itu juga kami membangun peradaban baru, yaitu perpustakaan bernama Rumah Dunia. Semua koleksi buku kami disimpan di sana. Orang-orang kami persilakan untuk datang bermain dan belajar. Rumah Dunia dalah rumah bagi semua orang yang ingin maju. Semua penalaman dan ilmu yang kami miliki di sasra, jurnalistik, dan film jdi semangat untuk melawan ketidakadilan atau perilaku koruptif para penguasa.
Gol A Gong

