Seperti Menunggu Keajaiban Menanti Presiden RI yang Berani Memberantas Korupsi

Setelah sebulan ini berkecamuk amarah melihat para drakula itu menghisap darah rakyat, karena ketidakberdayaan dan keputusasaan, akhirnya aku memutuskan kembali berpikir untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri ini yang hina dan papa.

Barangkali dengan cara ini bisa mengobati rasa sakit hatiku akibat perbuatan mereka yang serakah merampoki kekayaan negeri. Aku hanya bisa berdo’a, semoga semuanya diselesaikan Tuhan dan keadilan datang ke negeri ini.

Memang, seperti sedang menunggu keajaiban. Tapi, sudhlah. Semoga saat Pilpres 2024 nanti terpilih Presiden RI dan para legislatif yang berani memberantas korupsi dan berani menentang oligarki. Semoga KPK semakin bertaring dan tidak tebang pilih.

Maka tanamkan revolusi mental kepada anak-anak kita di rumah. Literasi keluarga wajib hukumnya memberi tahu, bahwa korupsi itu menyengsarakan rakyat.

Gol A Gong

Adilnya Antara Rakyat Kecil dan Rakyat Besar di Mana?

Rakyat kecil diminta dan diingatkan terus agar mencintai NKRI, tapi rakyat besar justru terus-menerus menggerogoti harta NKRI yang melimpah. Mestinya miskin sama menderita, kaya sama berbahagia. Itulah internalisasi dari sila “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Adilnya Antara Rakyat Kecil dan Rakyat Besar di Mana?

Ya, adilnya Antara Rakyat Kecil dan Rakyat Besar di Mana?

Merdeka! Tapi negara belum adil memperlakukan antara rakyat kecil dan rakyat besar. Pertanyaan itu terus mengganggu: Adilnya Antara Rakyat Kecil dan Rakyat Besar di Mana?
HUT RI masih 3 bulan lagi, ya.

Gol A Gong

Kampanye Anti Korupsi Kepada Anak-anak PAUD dan TK

Celemek Ajaib Paman Gong tidak hanya mengenalkan buku atau budaya baca saja kepada aak-nak, tapi juga tentang budaya korupsi yang harus diberantas. Biasanya saya akan bertanya kepada anak-anak dengan cara bermain atau sebelum membagi-bagikan hadiah.

Pertanyaannya begini, “Kalau ngambil uang ibu nggak bilang-bilang, namanya apa, yo? Yang bisa jawab dpat hadiah mainan…”

Biasaya beberapa orang dengan semangat menjawab, “Mencuri!” Setelah selesai mnejawab, mereka akan berlari kepada saya, mengambil hadiah dari Celemek Ajaib Paman Gong.

Para Koruptor: Minta Maaflah kepada Masyarakat!

Ngurusin korupsi itu rumit. Sudah semacam tradisi, kemudian permisi ya permisif. Korupsi jadi kebiasaan. Ketika kita melawannya, seolah kita melawan sebuah kelompok besar yang melawan balik dengan kekuatan uang sementara untuk urusan dapur saja, kita masih Senin-Kamis. Jadi wajar saja jika beberapa dari kita kemudian menyeberang.

Literasi Anti Korupsi di Rumah Dunia

Oleh Gol  A Gong

“Rumahku Rumah Dunia, Kubangun dengan Kata-kata.”

(Prasasti, 1996- 2001)

***

Di kampung saya, pernah ada anggapan : semua milik bersama. Itu terjadi ketika di awal kami menempati rumah di Kampung Ciloang, Serang – Banten tahun 1998. Kami membeli tanah kavling di Komplek Guru seluas 200 M2 untuk tempat tinggal dan sebidang tanah seluas 1000 M2 di belakang rumah untuk kegiatan literasi. Di halaman belakang itu ada pohon seri, pisang, arem, dan jambu batu yang sudah ada. Kami juga menanam pohon sirih, pepaya, mangga dan sukun. Setiap hari selalu saja ada orang masuk ke rumah lewat halaman belakang yang memang terbuka. Sebetulnya kami sudah memberi tahu, bahwa areal yang bisa dipergunakan untuk umum adalah halaman belakang saja dimana komunitas literasi Rumah Dunia kami dirikan, tapi kadang orang-orang kampung masuk ke dalam rumah lewat dapur kami yang terbuka untuk bisa diakses relawan Rumah Dunia.

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)