Di dalam pusaran air, tubuhnya ikut melingkar. Meliuk-liuk menuju dasar. Ia seolah lupa apakah masih bisa bernapas atau telinganya masih mendengar. Yang bisa ia ingat hanyalah genggam tangan Ratri yang begitu erat. Cintanya kepada Ratri masih terus berdenyut dalam nadi. Melingkari gemetar pergelangan tangan, menjalar menuju dada, merambat menuju kepala. Namun, betapa jika ia terus memeluknya, tubuhnya semakin ringan, semakin masuk lebih dalam. Dingin. Menggigil. Lalu setelahnya semua terasa gelap.
Cerpen Sabtu
Cerpen Sabtu: Surga dalam Keranjang
Saya kembali fokus pada pemuda itu. Dia masih terus menumbuk. Caranya menjatuhkan alu ke dalam lumpang mulai sedikit santai. Sedari tadi, saya sudah gatal ingin menanyakan kenapa keranjang itu tidak dia letakkan saja. Tentu gerakannya akan lebih nyaman. Boleh jadi, pekerjaannya pun bisa segera rampung. Namun, saya menelan kembali rasa penasaran itu.
Cerpen Sabtu: Pengarang Nganggur
Sudah menginjak bilangan satu minggu, laptop Rudi diiklankan di media sosial. Berkali-kali calon pembeli datang melihat-lihat laptop sekaligus bertanya harga lalu menawar dan dengan pengecualian: ada yang juga tidak menawar sama sekali.
Cerpen Sabtu: Aku Sudah Ditunggu
Otaknya sibuk merancang rencana. Apa-apa saja yang hendak dilakukannya hari ini. Membereskan rumah, memasak, memandikan Genduk, mendulang Genduk, menidurkan Genduk, mencuci baju, menyetrika, dan tentu mencuci piring. Pekerjaan domestik yang setiap hari berputar-putar seiring jam bundar. Itu-itu melulu. Namun, hari ini, entah kenapa hari ini Menur merasa aneh sekali.
Cerpen Sabtu: Di Bawah Atap yang Sama
Siapa yang ia katakan dengan sebutan ‘orang itu?’ Apa ia tak menerima ayahku? Setelah pernikahan ayahku dan ibunya beberapa hari yang lalu, dia belum juga menganggap ayahku sebagai ayahnya. Aku rela membayar orang untuk mencari keberadaanya, berani untuk datang ke tempat ini, itu ‘kah tanggapannya?
Cerpen Sabtu: Kau Akan Mati Besok
Ketika ia sampai di rumah Ki Seno, ada 2 orang lain yang duduk di luar teras rumahnya. Satu perempuan beserta anak lelakinya dan satu lagi lelaki yang sepantaran dengan Januar. Tak ada satu kata pun keluar dari mulut mereka, namun ketegangan tergambar jelas di wajah. Terutama Januar.