Arsip Tag: Menulis

Felisa 2025: Pelatihan Menulis Fiksi IAS Al-Jannah

Oleh Aii Aayy

IAS Al-Jannah menggelar pelatihan menulis fiksi bersama Tias Tatanka dalam agenda Felisa 2025 bertempat di ruang Aula Sekolah.

Pelatihan ini diikuti oleh 50 siswa yang terdiri dari siswa kelas 3-6 SD dan kelas VII-IX SMP. Tidak hanya itu, pelatihan ini turut dihadiri juga oleh Direktur Penerbit McM, Sandi.

Dalam sambutannya, pria yang akrab disapa Kang Sandi ini menyampaikan bahwa setelah pelatihan kemudian anak-anak menuliskan ide ceritanya masing-masing dan dikumpulkan.

“Adik-adik nanti diakhir pelatihan akan menuliskan premis dan cerita lengkap masing-masing, kemudian naskah mereka bisa dirapikan versi word dan bisa dikirimkan ke penerbit kami, jika ceritanya bagus dan lolos kurasi maka akan diterbitkan secara gratis di McM”, jelasnya.

Saat sesi pelatihan, siswa-siswi sangat antusias dan interaktif. Mereka mendengarkan materi dengan fokus dan berkonsultasi terkait premis yang mereka ajukan. Ada juga yang berkonsultasi mekanisme pengiriman naskah ke penerbit McM.

Tias Tatanka menyampaikan bahwa ketika ingin menuliskan sebuah cerita maka modal utamanya adalah premis.
“Ketika menulis, kita harus punya premis. Kalau tidak ada premis kita akan bingung mau cerita apa,” jelasnya.

Peserta pelatihan diberikan pemahaman tentang penulisan cerita fiksi dan ditugaskan langsung untuk praktik menuliskan cerita. Tias Tatanka dibantu oleh Kang Sandi dan Relawan Rumah Dunia mendampingi seluruh peserta ketika praktik menulis.

Gaya penyampaian yang mudah dipahami menjadi pemicu para peserta menemukan ide premisnya. Setelah selesai penilaian, tim memilih 10 naskah terbaik dan mendapatkan hadiah untuk penambah semangat para siswa.

Pihak sekolah berharap dengan adanya pelatihan ini bisa memunculkan atau meregenerasi penulis-penulis muda di masa yang akan datang.

“Saya ucapkan terimakasih sudah berkenan hadir untuk pelatihan ini, semoga anak-anak bisa terus berlatih dan bisa mengirimkan karyanya kepada McM,” tutupnya.

Kenapa Kita Harus Menulis?

Oleh Muhzen Den

Menulis adalah aktivitas literasi yang kreatif dan mencerdaskan. Aktivitas literasi ini selain membuat kita cerdas, juga menyehatkan mental. Sebab, menulis juga merupakan terapi jiwa dan pikiran dari hal-hal negatif untuk meningkatkan imun positif secara psikologis.

Namun, yang selalu berkecamuk di kepala ini adalah kenapa kita harus menulis? Pertanyaan tersebut seolah ingin menguak kembali peristiwa awal mula menulis.

Seperti diketahui, menulis adalah manifestasi dari bahasa lisan atau produk bahasa. Dengan menulis, kita seolah-olah sedang mengabadikan peristiwa dan momen tertentu untuk dijadikan kenangan atau bukti kehidupan

Tulisan-tulisan yang tersebar di khalayak ramai juga bisa jadi sesuatu yang mewakili perasaan kita. Meskipun tanpa disadari maupun disadari bahwa aktivitas menulis secara tidak langsung mengabadikan dunia lewat tulisan.

Mengutip dari laman kompas.com, diperkirakan manusia mengembangkan bahasa sejak 35.000 Sebelum Masehi. Sementara seperti dilansir dari Ancient History Encyclopedia, hal tersebut dibuktikan dari lukisan gua pada periode Manusia Cro-Magnon (sekitar 50.000 – 30.000 Sebelum Masehi) yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.

Dari gambar tersebut memunculkan sebuah bahasa. Dari beberapa gambar tampak menceritakan sebuah kisah, bukan hanya sekadar gambar binatang dan manusia.

Awal Mula Menulis

Ternyata bangsa Sumeria (3.500-3.000 SM) merupakan orang yang pertama kali menciptakan tulisan sebagai alat komunikasi. Artinya, pada zaman dulu aktivitas menulis sudah dilakukan sebagai bagian berkirim pesan dan alat komunikasi.

Lama-lama, aktivitas menulis menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun awal tulisan masih bersifat simbol-simbol saja, tetapi dengan perkembangan zaman semakin ada pembaruan.

Meski menulis menjadi alat komunikasi untuk mencatat peristiwa, sekaligus menciptakan bentuk karya seni atau sastra. Orang Sumeria memulai penulisan di atas tanah dan digunakan di beberapa wilayah di sekitarnya.

Bahkan, para penulis kuno mulai meningkat sistem penulisan menjadi produk bahasa yang mudah dipahami.

Kebutuhan Menulis

Sejak kecil kita diajarkan, baik di rumah maupun di sekolah hanya untuk belajar menulis, membaca, dan berbicara. Tiga komponen berbahasa tersebut menjadi kebutuhan dalam pendidikan kita.

Menulis menjadi hal krusial untuk kita sebagai manusia. Tanpa menulis, mungkin kita suci Alquran pun tidak akan terdokumentasi dengan baik sehingga bisa dibaca dan dipahami maknanya.

Menulis bukan lagi sekadar pilar bahasa, tapi sudah menjadi kebutuhan umat manusia. Kita hidup di dunia ini tidak lepas dengan aktivitas menulis. Sebab, beberapa kegiatan yang kita lakukan di dunia ini harus ada kata menulis.

Menulis Sastra

Beranjak dari menulis menjadi kebutuhan kita, maka menulis dapat mengungkap perasaan ini. Bentuk tulisan apa yang tidak lahir dari hati dan pikiran ini kalau bukan tulisan karya sastra atau seni.

Menulis sastra (fiksi dan puisi) adalah bentuk tulisan keindahan yang mengabadikan momen penting dengan cara atau sudut pandang lain. Jika kita menggambarkan suatu peristiwa dengan lisan hanya menjadi ungkapan, tapi ketika dituliskan baik dalam bentuk tulisan sastra maupun tulisan lainnya, akan tampak hidup dan terngiang di imajinasi.

Menulis bukan sekadar produk bahasa, tapi sudah menjadi kebutuhan hidup dalam mengabadikan maupun menggerakkan sebuah peristiwa. Bahkan ada slogan “Membaca itu cerdas dan menulis itu hebat”. Oleh karena itu, mari kita menulis!

Menulis dengan AI: Berpikir Praktis tapi Kurang Kreatif!

Oleh Muhzen Den

Saya memulai belajar menulis dimulai dari mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah, yakni mengarang liburan ke rumah nenek atau liburan ke pantai. Kemudian setelah remaja, saya belajar menulis di Rumah Dunia, waktu itu tutornya Ibu Tias, menyuruh saya untuk menulis ulasan hasil membaca buku. Saat itu saya menulis menggunakan pensil/pulpen belum bisa mengetik di komputer.

Setelah lama di Rumah Dunia, saya ikut bergabung di kelas menulis, kalau nggak salah saya ikut angkatan 3, 4, dan 5, meskipun jarang masuk. Namun, saat itu saya sudah jadi relawan, dan menulis menggunakan komputer (pinjam dari RD).

Dua puluhan tahun menuai hasil dari belajar menulis kreatif (fiksi, puisi, esai, dan berita)–karena dengan menulis saya bisa punya pengalaman, baik saat kuliah bahkan mendapatkan profesi yang saya minati di perusahaan besar sebagai editor/korektor bahasa.

Menulis Manual

Dulu sebelum punya komputer atau laptop, saya menulis manual untuk mengurangikan ide-ide di kepala. Walau pada dasarnya, tulisan tangan saya lebih mirip tulisan dokter, tapi ada kepuasan tersendiri setelah selesai menulis. Ada hal yang terlepas dari pikiran dan emosi.

Menulis di Komputer/Laptop

Harta paling berharga yang pertama kali saya miliki selain buku adalah laptop. Saya sangat excited sekali bisa membeli alat elektronik ini. Selain sesuatu yang saya harap-harap, juga membantu saya dalam menulis/mengetik ide-ide yang berjejalan di kepala.

Walaupun saat masih tinggal di Rumah Dunia saya memanfaatkan fasilitas komputer di sana untuk menulis dan mengakses dunia maya/internet. Saya merasa beruntung pernah tinggal di sana.

Dengan laptop baru itu saya bisa menyimpan beberapa ide dan menulis cerita (kebanyakan belum selesai diketik karena saking euforia). Namun, alat canggih ini membantu sekali dari dulu sampai sekarang.

Menulis di Ponsel

Berkembangnya zaman membuat teknologi dan informasi semakin pesat. Saya tidak hanya menulis di laptop saja, tapi juga memanfaatkan ponsel pintar untuk menulis. Biasanya saya menulis di laptop setelah selesai menulis di ponsel lalu ingin disunting atau diubah ke format MS Word.

Alat-alat canggih ini mendukung dan membantu saya dalam pekerjaan, baik sebagai penulis maupun pendidik. Begitu juga dengan anda yang memanfaatkan alat ini.

Menulis dengan AI

Saya baru menggunakan AI (kecerdasan buatan) yang ada di aplikasi ponsel beberapa bulan ini. Secara kebutuhan memang cepat respon untuk menggali ide menulis. Bahkan, memudahkan kita menulis dengan cepat karena ada referensi langsung dari AI.

Namun, lambat laun AI juga menuntut kita untuk berpikir praktis dan instan. Bagi penulis pemula ini akan berbahaya bagi kreativitas dan inovasi. Sebab, jika kita keseringan memanfaatkan AI untuk mencari ide atau memulai awal penulisan, ini akan menjadi candu.

Saya hanya beberapa kali saja memanfaatkan aplikasi ini. Selebihnya, memanfaatkan bahan bacaan, baik di internet maupun di buku. Sebab, kreativitas AI seperti halnya kita dibatasi untuk berpikir panjang. Sementara jika kita cari sumber-sumber dari internet atau pustaka untuk menulis akan membuat otak kita berpikir keras dan kreatif.

Itulah mengapa saya menyebut menulis dengan AI membuat kita berpikir praktis tapi kurang kreatif. Sebab, otak kita bisa menampung banyak informasi dan mengolah menjadi produk kreatif. Sementara AI adalah robot jaringan yang dibuat manusia dengan informasi dari manusia untuk memudahkan manusia. Namun, jika digunakan dengan berlebihan akan berakibat kurang baik untuk kreativitas kita.

6 Cara Menunjukkan Kemampuan Literasi Membaca, Menulis, dan Memahami Informasi

Oleh: Muhzen Den

Bagaimana cara saya menunjukkan kemampuan literasi yang baik dalam membaca, menulis, dan memahami informasi yang kompleks? Saat seseorang ingin meningkatkan kualitas diri, pertanyaan terkait kemampuan literasi ini mungkin akan muncul.

Masih ada orang yang menganggap kemampuan literasi hanya tentang bisa membaca dan menulis. Padahal kemampuan tersebut juga berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu menyaring, memahami, dan mengolah informasi secara kritis.

Bagaimana Cara Saya untuk Menunjukkan Kemampuan Literasi yang Baik dalam Membaca, Menulis, dan Memahami Informasi yang Kompleks? Ini yang Bisa Dilakukan.

Kemampuan literasi adalah keterampilan untuk membaca, menulis, memahami, dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk untuk berkomunikasi secara efektif dan berpikir kritis.

Menurut buku Literacy and Education, Kate Pahl, Jennifer Rowsell, (2012), literasi sangatlah luas. Mulai dari kemampuan menyerap informasi, menafsirkan makna, mengevaluasi pesan, hingga menyampaikan ide secara jelas dan logis, baik secara lisan maupun tulisan.

Lantas, bagaimana cara saya menunjukkan kemampuan literasi yang baik dalam membaca, menulis, dan memahami informasi yang kompleks? Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan.

  1. Bisa Menangkap Inti dari Informasi yang Kompleks dan Menyampaikannya Kembali dengan Jelas

Misalnya, setelah membaca artikel panjang atau jurnal, bisa merangkumnya kembali dalam bentuk tulisan, presentasi, atau penjelasan lisan. Ini adalah tanda bahwa tidak hanya membaca, tapi juga benar-benar memahami dan bisa menuliskannya kembali dengan bahasa sendiri.

  1. Menggunakan Informasi dari Berbagai Sumber secara Kritis

Saat menulis atau berdiskusi, mampu membandingkan berbagai sudut pandang, menyaring informasi yang relevan, dan menjelaskannya dengan argumentasi yang logis. Artinya, tidak asal comot data, tapi tahu mana yang penting dan bisa dipercaya.

  1. Mengembangkan Ide Berdasarkan Hasil Bacaan atau Pengamatan

Literasi yang baik terlihat saat seseorang bisa mengolah informasi yang dibaca menjadi pemikiran orisinal. Misalnya, membaca berita tentang perubahan iklim, lalu menulis opini atau solusi berdasarkan informasi tersebut. Ini menunjukkan kemampuan dalam berpikir reflektif dan menulis dengan dasar yang kuat.

  1. Menggunakan Bahasa yang Tepat dan Terstruktur saat Menyampaikan Ide

Dalam tulisan atau saat berbicara, tunjukkan kemampuan literasi lewat pemilihan kata yang sesuai, kalimat yang runtut, dan gaya penyampaian yang mudah dipahami. Ini membuktikan bukan hanya memahami isi, tapi juga tahu cara menyampaikannya dengan efektif.

  1. Kebiasaan Bertanya dan Berpikir Kritis Terhadap Informasi

Orang yang literasinya kuat tidak mudah percaya begitu saja. Tunjukkan bisa mengajukan pertanyaan seperti “Apa maksud dari ini?”, “Apa buktinya?”, atau “Apakah informasi ini netral atau berpihak?”. Kemampuan ini bisa ditunjukkan saat diskusi, menulis ulasan, atau membuat tanggapan dari suatu bacaan.

  1. Berpartisipasi Aktif dalam Diskusi atau Proyek yang Melibatkan Analisis Informasi

Baik di kelas, komunitas, atau media sosial, tunjukkan kemampuan literasi dengan ikut serta dalam obrolan serius, menyumbang ide berdasarkan data, atau bahkan memberi masukan yang membangun. Artinya, memiliki kemampuan menyerap dan mengolah informasi lalu menyampaikannya secara aktif.

Itulah beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai jawaban untuk pertanyaan bagaimana cara saya untuk menunjukkan kemampuan literasi yang baik dalam membaca, menulis, dan memahami informasi yang kompleks. Kemampuan literasi bukan lagi pilihan tapi keharusan. (DNR)

Sumber dari internet/m.kumparan.com

Spiritual dan Kreativitas di Sepertiga Malam

Sejak muda saya punya kebiasaan bangun pukul 02.00 WIB. Apa yang saya lakukan? Setelah salat malam, saya menulis hingga subuh. Olah raga senam ringan sampai pukul 06.00 WIB, kemudian tidur sebentar hingga pukul 07.00 WIB. Setelah itu berangkat kerja.

Kebiasaan bangun di sepertiga malam melakukan aktivitas spiritual dan berpikir ternyata memiliki banyak manfaat, baik spiritual maupun kesehatan. Itu saya rasakan sekarang. Saya selalu berpikir positif, optimis, dan tentu selalu ingin membuat kegiatan-kegiatan kreatif. Nah, ini dia lebih detailnya manfaat spiritual dan kesehatan:

Manfaat spiritual 

  • Mendekatkan diri kepada Allah SWT
  • Menebus dosa dan mencegah dosa
  • Mendapatkan jaminan tempat terpuji di sisi Allah SWT
  • Terbentangnya jalan keselamatan di dunia maupun di akhirat
  • Waktu mustajab untuk berdoa
  • Diliputi aura kebahagiaan dan ketenangan
  • Sebagai sarana introspeksi diri
  • Membantu memahami tujuan hidup

Manfaat kesehatan 

  • Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
  • Menghindarkan penyakit dari badan
  • Menjaga kesehatan sendi dan tulang
  • Meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot
  • Mengurangi stres, kecemasan, dan kegelisahan
  • Meredakan beban pikiran
  • Mendatangkan ketenangan batin

Sholat tahajud adalah ibadah sunnah yang dianjurkan Allah SWT. Waktu terbaik untuk sholat tahajud adalah di sepertiga malam pertama, setelah sholat isya hingga sekitar pukul 10 malam. 

Rasulullah SAW bersabda, “Kerjakanlah sholat malam, sesungguhnya hal itu adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kamu sejak zaman dahulu”. 

Tim GoKreaf/ChatGPT

Masih Suka Nulis dengan Pena

Masih suka nulis dengan pena dan kertas? Kegiatan ini adalah satu cara untuk mensinkronkan perasaan dan pikiran. Saya masih terus melatihnya, jangan sampai jari-jari tangan kaku, pikiran terhenti, dan hati jadi tak memiliki empati. Menulis memiliki banyak manfaat. Salah satu manfaat menulis dengan pena adalah meningkatkan kesehatan mental dan otak.

Menulis dengan pena dan kertas memang punya keunikan tersendiri dibandingkan mengetik di layar atau secara digital. Sentuhan fisik antara tangan, pena, dan kertas bisa membuat pikiran lebih terhubung dengan perasaan, memperlambat ritme berpikir agar lebih reflektif, dan meningkatkan daya ingat.

Kalau kamu masih rutin menulis dengan tangan, itu bisa jadi cara bagus untuk melatih kreativitas, mengelola emosi, dan menjaga kepekaan terhadap kata-kata. Mungkin kamu juga suka membuat jurnal harian, puisi, atau sekadar mencatat ide-ide yang muncul?

Gol A Gong

Forum TBM Flores Timur Kembali Menggelar Sharing dan Diskusi Penulisan Cerita Anak

Oleh: Zaeni Boli

Sebagai upaya membangun ekosistem literasi yang berkelanjutan dan memiliki daya saing di tingkat yang lebih tinggi, Forum TBM Flores Timur kembali menggelar Sharing dan Diskusi Penulisan Cerita Anak Seri 3. Ini adalah kali ketiga kegiatan ini diselenggarakan oleh Forum TBM Flores Timur.

Jika dua penyelenggaraan sebelumnya berlangsung di Perpustakaan Daerah Flores Timur, kali ini agenda tersebut digelar di Taman Baca Lautan Ilmu, yang terletak di Kelurahan Weri, Larantuka, Flores Timur, NTT, pada 6 Februari 2025. Acara akan dimulai pukul 16.00 WITA hingga selesai.

Pada pertemuan kali ini, peserta yang telah hadir sebelumnya diharapkan membawa papan cerita untuk dibedah bersama. Adapun target dari kegiatan ini adalah agar para penulis di Flores Timur tidak hanya memahami cara dan langkah dalam menulis cerita anak serta jenjang perbukuan, tetapi juga dapat meningkatkan peluang mereka untuk lolos dalam seleksi Penulisan Cerita Anak Jenjang C yang diselenggarakan oleh Badan Bahasa NTT dalam sayembara penulisan cerita anak tahun 2025.

Ini merupakan upaya konkret Forum TBM Flores Timur dalam membangun dan mengembangkan ekosistem literasi di daerahnya. Ke depan, ekosistem ini diharapkan dapat bersinergi dengan pemerintah maupun pihak swasta dalam berbagai kegiatan literasi yang positif.

Yan Surahman, Ketua Komunitas Jejak Zaman, yang terlibat aktif dalam agenda ini, berharap bahwa kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan secara rutin dengan berbagai tema berbeda, seperti bedah buku atau sekadar membaca puisi.

Kemampuan Menulis dan Keberanian Berpendapat

Oleh: Zaeni Boli

Bukan zamannya lagi suara-suara kritis terhadap sebuah kebijakan dibungkam. Setiap orang di negeri demokrasi layak dan berhak bersuara. Bersuara bisa lewat orasi, bicara lantang, atau menuliskan opini. Namun, ternyata tidak setiap orang dibekali kemampuan menulis apa yang ia rasakan.

Kurangnya pembiasaan dalam menulis membuat banyak orang kesulitan menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan. Masa iya, untuk berpendapat saja dibutuhkan kecerdasan buatan? Menulis adalah cara mengasah pikiran dan membangun pemahaman, paling tidak untuk diri sendiri.

Di negara-negara maju, kemampuan menulis adalah hal dasar, tetapi tidak demikian di Indonesia. Sebuah berita di media nasional mengungkap fakta mengejutkan: masih ditemukan mahasiswa di Kota Kupang, NTT, yang belum lancar membaca. Ini adalah kenyataan yang sangat miris.

Menulis membutuhkan pembiasaan agar menjadi kebiasaan. Menulis bisa dimulai dari hal-hal paling sederhana, seperti mencatat apa yang kita lihat dan rasakan. Dengan kemampuan menulis yang lebih baik, kita bisa bersuara lewat opini, puisi, cerpen, atau bahkan novel, seperti yang dilakukan para penulis masa lalu, misalnya Pramoedya Ananta Toer dan Chairil Anwar.

Salah satu cara melatih kebiasaan menulis sejak dini adalah dengan menuliskan kembali apa yang telah dibaca menggunakan bahasa sendiri. Ini bisa dimulai dari membaca buku anak-anak tingkat dasar, seperti jenjang A dan B1.

Menulis adalah wujud keberanian berpendapat. Dengan menulis, kita bisa menyuarakan ketidakadilan yang masih banyak dirasakan masyarakat kecil di Indonesia.

Berjuang tidak hanya dengan senjata, tetapi juga dengan pena yang dipandu oleh pikiran cemerlang dan terlatih.

Sebagai motivasi bagi anak muda, jadilah bagian dari generasi emas yang kelak mewujudkan impian Indonesia maju.